PENGENDALIAN HAYATI HAMA INSEKTA
A.
PENGERTIAN
PENGENDALIAN HAYATI
Smith (1919) adalah orang pertama yang menggunakan terminologi
pengendalian hayati pada usaha menggunakan musuh alami untuk mengendalikan
hama. De Bach (1964) mendefinisikan pengendalian hayati sebagai aksi dari
parasit, predator atau patogen di dalam usaha untuk memelihara kepadatan
populasi organisme lain pada tingkat terendah bila dibandingkan mereka tidak
ada. Eilenberg dkk (2001) mengemukakan terminologi dari pengendalian hayati
dalam artikelnya di jurnal Biocontrol. Mereka mendefinisikan pengendalian
hayati sebagai penggunaan organisme hidup untuk menekan kepadatan populasi atau
memberi pengaruh terhadap hama spesifik, yaitu membuat kepadatan populasi dan
kerusakan yang ditimbulkan menurun dibandingkan dengan absennya musuh alami.
Dari beberapa pengertian pengendalian hayati di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
hayati merupakan pengendalian hama atau penyakit tanaman dengan menggunakan
musuh alami yang merupakan predator, parasit atau patogen dari hama atau
penyakit tanaman tersebut.
B.
ASPEK
KERJA AGEN PENGENDALIAN HAYATI
Hama yang merupakan pengganggu tanaman adalah sebagai sasaran agen
pengendalian hayati. Adapun kategori hama sasaran agen pengendalian hayati ada
tiga, yaitu :
-
Hama arthropoda ( insekta dan arachnida)
-
Gulma (tanaman pengganggu)
- Penyakit (bakteri, virus dan cendawan) dan
nematoda parasit tanaman.
Adapun hama yang dibahas pada makalah ini adalah hama insekta yang
merupakan salah satu kelas dari filum arthropoda.
Dari definisi pengendalian hayati di atas dapat dijelaskan mengenai
agen pengendalian hayati yaitu bahwa agen pengendalian hayati hama tanaman
memiliki tiga aspek kerja, yaitu sebagai predator, parasit dan patogen.
1.
Predator
Predator merupakan pemangsa atau perusak langsung. Biasanya predator
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan mangsanya, yaitu
hama serangga, dan sifat predator secara aktif mencari mangsanya, kemudian
memakan atau menghisap cairan tubuh mangsa sampai mati, hal ini dikarenakan
predator bersifat spesifik terhadap hama.
Misalnya : - kumbang coccinella : predator
aphis (kutu daun)
-
chilocorus
: predator kutu perisai (Aspidiotus destructor) pada kelapa
-
burung
mynah (Indian mynah bird) : predator belalang merah (Nomadacris
septem fasciata)
-
kumbang
coccinella Rodolia cardinalis : pradator kutu putih Icerya purchasi
pada tanaman jeruk.
2.
Parasit
Parasit merupakan pengendali yang berkembang pada jasad hama selama
hidupnya, di mana selama atau sebagian waktu dari siklus hidupnya berada di
dalam atau menempel pada inang dan umumnya merusak inang selama
perkembangannya. Parasit selalu berukuran lebih kecil dari pada inangnya.
Misalnya : - tabuhan chalcid : parasit aphis di australia
- tabuhan aphytes : parasit kutu pada tanaman jeruk.
3.
Patogen
Patogen yaitu pengendali yang menimbulkan penyakit pada jasad hama
serangga pada kondisi lingkungan yang cocok beberapa jenis penyakit akan
menjadi wabah epidemik. Penyakit tersebut secara drastis mampu menekan populasi
hama hanya dalam beberapa hari.
Misalnya : - Bacillus thuringiensis (Bt) : patogen ulat
serangga
-
Cendawan
Entomorpha : patogen aphis alfafa
-
Cendawan
Metarhizium : patogen larva Orycetes rhinocerus
-
Cendawan
Beauveria : patogen ulat serangga
-
Baculovirus
: patogen Orycetes rhinoceros
-
NPV :
patogen Heliothis zeae pada pucuk jagung
Pembahasan mengenai agen yang bersifat patogen terhadap hama insekta
akan dibahas lebih mendalam di depan.
C.
METODE
PENGELOLAAN AGEN PENGENDALIAN HAYATI
Terdapat tiga metode pengelolaan agen pengendalian hayati hama
insekta, yaitu metode introduksi, konservasi dan augumentasi.
1.
Introduksi
Metode introduksi dilakukan jika tidak ada musuh alami lokal yang
efektif membasmi hama, maka dilakukan introduksi atau importasi musuh alami
dari daerah lain.
Sebelum pengintroduksian musuh alami dari daerah lain perlu
dilakukan analisis bahwa musuh alami yang akan diintroduksi merupakan musuh
alami dari hama di daerah importan yang mirip dengan hama yang akan dilakukan
introduksi.
2.
Konservasi
Konservasi merupakan upaya
pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui
pengelolaan habitat yang bisa dilakukan dengan cara meminimalisasi dampak
negatif penggunaan pestisida yang dapat membasi musuh alami itu sendiri, atau
juga merupakan upaya peningkatan populasi musuh alami yang telah ada pada arel
pertanaman.
3.
Augumentasi
Jika musuh alami yang ada pada areal pertanaman tidak mampu
mengendalikan hama, meskipun konservasi telah dilakukan, maka metode kedua yang
digunakan adalah melakukan pembiakan massal musuh alami di laboratorium,
kemudian melepaskannya kembali ke areal pertanaman tersebut.
Augumentasi dapat dibedakan menjadi dua metode, yaitu metode
inokulasi dan metode inundasi.
a.
Inokulasi,
inokulasi dilakukan jika musuh alami di areal
pertanaman tidak bertahan lama dari satu masa tanam ke masa tanam lain. Penginokulasian
biasanya dilakukan pada awal musim tanam, sehingga populasinya akan mapan dan
berkambang.
b.
Inundasi,
inundasi dilakukan ketika populasi hama membutuhkan
penanganan yang cepat sehingga pembanjiran musuh alami dalam jumlah besar di
areal pertanaman sangat diperlukan.
D.
ENTOMOPATOGEN
Pembahasan makalah ini dispesifikkan membahas bioteknologi
pengendalian hayati hama serangga, yaitu membahas agen pengendalian hayati yang
bersifat patogen pada serangga. Adapun agen pengendalian hayati yang bersifat patigen
adalah bakteri, cendawan, virus, protozoa dan nematoda.
1.
Patogenesis
Entomopatogen
Untuk menyelesaikan secara lengkap siklus hidupnya, maka pada
umumnya patogen harus kontak dengan inangnya, masuk ke tubuh inang, reproduksi
di dalam satu atau lebih jaringan inang dan mempunyai propagul untuk kontak dan
menginfeksi inang baru. Terdapat serial proses di dalam biologi patogen yang
meliputi kontak dengan inang, penetrasi
inang, reproduksi, keluarnya propadul patogen dari inang, dan penyebaran dan persistensi
propagul patogen di lingkungan.
a.
Kontak inang
Terdapat dua cara patogen serangga
memasuki tubuh serangga yaitu :
-
Ketika
inang menelan individual patogen selama proses makan.
-
Ketika
patogen masuk melalui bukaan-bukaan alami atau penetrasi langsung ke kutikula
serangga.
b.
Penetrasi
inang
Ketika propagul telah kontak dengan inang, tubuh inang harus
dipenetrasi untuk mencapai jaringan yang peka. Patogen mempenetrasi masuk ke
saluran pencernaan setelah tertelan atau juga masuk secara langsung melalui
luka atau juga secara mekanik mempenetrasi langsung kutikula.
c.
Reproduksi
dalam jaringan inang
Setelah patogen melakukan penetrasi terhadap inang, proses
selanjutnya adalah reproduksi pada salah satu atau beberapa jaringan, seperti
pada jaringan epitel saluran pencernaan.
d.
Keluarnya
propagul patogen dari inang atau cadaver
Proses setelah reproduksi adalah progeni. Pada kebanyakan patogen
propagul dilepas secara bebas kembali ke lingkungan dan kemudian akan kontak
dengan inang baru. Pengeluaran propugul bisa dengan bantuan air hujan yang
mengakibatkan tubuh inang rusak, angin, fases, dan lain-lain.
e.
Penyebaran
dan persistensi propagul patogen di lingkungan
Setelah keluarnya propagul dari tubuh inang, proses selanjutnya
adalah penyebaran dan persistensi di lingkungan.
Penyebaran propagul dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan cara :
1.
Horizontal transmission, yaitu Perpindahan penyakit dari serangga yang sakit ke
serangga yang sehat.
2. Vertical transmission, yaitu Perpindahan
penyakit terjadi dari serangga ke progeninya atau offspringnnya.
Persistensi propagul pada patogen cendawan, bakteri dan protozoa di
lingkungan dilakukan dengan cara dormanisasi jika lingkungan tidak mendukung,
tetapi ada mikroorganisme patogen tertentu yang sangat rentan terhadap faktor lingkungan, seperti sinar matahari
langsung dan UV, dan beberapa juga sangat rentan terhadap kondisi kering atau
desikasi, temperatur tinggi, freezing dan beberapa kemikal lainnya, sehingga
menyebabkan kematian.
2.
Agen
Entomopatogen
a.
Bakteri
-
Spore-forming
bacteria
Spore-forming bacteria merupakan bakteri yang membentuk spora yang
resisten terhadap lingkungan ekstrim. Spore-forming bacteria terdiri dari tiga genus, yaitu Bacillus,
Paenibacillus aerobik dan Clostridium anaerobik.
Bacillus thuringiensis (Bt) efektif
membasmi larva serangga, seperti Bt Varkurstaki yang aktif membunuh larva
Lepidoptera, Bt Israelensis (Bti) aktif terhadap Diptera, Bt tenebrio (Btt)
yang aktif terhadap larva Coleoptera yang kemudian Btt diubah menjadi Bt
morrisoni (Btm) yang juga aktif terhadap hama kumbang.
Larva yang terinfeksi oleh Bt
akan menunjukkan perubahan perilaku dan morfologi. Setelah beberapa jam menelan
larva akan berhenti makan, berhenti bergerak, kemudian ditujukan dengan gejala
perubahan diare, berubah warna menjadi gelap dan akhirnya mati. Kesemua akibat
tersebut disebabkan pengeluaran toksin oleh patogen yang membentuk lubang pada
saluran pencernaan larva serangga, sehingga keseimbangan osmotik terganggu dan
terjadilah pembengkakan sel, sehingga terjadi peletu dan sel, kemudian
penyebaran patogen ke organ lainnya.
Paenibacillus popilliae adalah bakteri
yang menginfeksi uret Coleoptera. Uret ini hidup di dalam tanah yang memakan
akar-akar tanaman. Jika bakteri ini ikut termakan, maka bisa menyebabkan
infeksi.
-
Non-spore-forming
bacteria
Bakteri jenis ini terdiri dari golongan Enterobacteriaceae dan
Pseudomonidiaceae. Serratia marcencens adalah spesies bakteri ini yang
masuk ke tubuh uret di New Zealand dengan cara tertelan. Melissococcus
pluton adalah bakteri penyebab penyakit pada larva lebah madu pada comb.
b.
Cendawan
Cendawan entemopatogen mengkontak
inangnya dan melalui kulit yang kemudian mempenetrasi kutikula, kemudian masuk
ke organ yang lebih dalam dan
selanjutnya adalah bereproduksi, setelah serangga terpenuhi oleh hifa, serangga
akan mati dan cendawan akan terus melangsungkan siklus hidup dalam fase
saprofitik.
Contohnya adalah ordo Entomophthoralean
dari Zygomycota, seperti :
-
Entomophaga
grili yang menginfeksi belalang
-
Entomophthorales
muscae yang
menginfeksi lalat
-
Zoophthora
radicans yang menginfeksi wereng daun kentang
Dan kelas Ascomycota seperti :
Paecilomycetes Beauveria, Metarhizium, Nomurea, dan Verticillium.
c.
Virus
Di antara virus yang menyerang serangga
terdapat 3 famili yang berstruktur spesial untuk beradaptasi dan survival di
lingkungan, yaitu Baculoviridae, Poxviridae dan Reoviridae, yang memproduksi
tubuh oklusi yang terbentuk dari matrik
protein (struktur yang melindungi partikel virus), di mana tubuh oklusi ini
resisten terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
Famili Baculoviridae terdiri atas
nuclear polyhedrosisvirus (NPV), yang menginfeksi Lepidoptera dan granulosis
virus (GV), yang menginfeksi cabbage looper Trichoplusia, Cydia pomonella,
grape leaf skeletonizer dan Harissina
brillian.
d.
Protozoa
Nosema locustae adalah salah satu spesies protozoa yang dangat ampuh membasmi
grasshoppers, crickets, locuts.
e.
Nematoda
Nematoda
Entomopatogenik adalah agen pengendali hayati yang melakukan simbiosis
mutualisme dengan bakteri dalam melakukan penginfeksian. Nematoda famili
Steinernematidae berasosiasi dengan Xenarhabdus dan nematoda Heterorhabditidae
berasosiasi dengan bakteri Photorhabdus. Bakteri inilah yang bertanggung jawab
membunuh serangga inang dengan cepat, yaitu dengan cara pengeluaran toksin.
Setelah nutrien yang terkandung dalam inang habis, juvenil nematoda akan diam
di tanah sambil mencari inang baru.
Serangga
yang sering terinfeksi nematoda adalah Lepidoptera, coleoptera, Diptera,
Orthoptera dan Siphonaptera.
DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin. 1996. Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara
Kartasapoetro, AG. 1993. Hama Tanaman
Pangan dan Perkebunan. Jakarta : Bumi Aksara
Martoredjo, Toekidjo. 1992. Pengendalian
Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Andi Offset
Sinaga, Meity Suradji. 2003. Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit tumbuhan. Jakarta : Penebar Swadaya
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit
Tanaman. Yogyakarta : Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar