Selasa, 15 Februari 2022

Mikrobiologi Udara

 

MIKROBIOLOGI UDARA

 


A.     Flora Udara

1. Sumber

Flora mikroorganisme udara terdiri dari organisme-organisme yang dapat mengapung sementara di udara atau terbawa pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia seperti batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi, yaitu kumpulan partikel di udara. Dalam aerosol biologi tersebut terdapat partikel kecil yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan manusia. Kemungkinan penyakit pernapasan disebabkan melalui udara semaikn besar dengan bukti semakin tingginya penderita penyakit pernapasan pada musin dingin. Hal ini disebabkan karena pada musim dingin kebanyakan orang akan tinggal di rumah saja, yaitu di ruangan-ruang yang kurang ventilasi, sehingga mudah sekali untuk terjangkit penyakit ini.

2. Ukuran

jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara disesuaikan dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah masarakat. Daerah yang berdebu hampir memiliki polulasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Jumlah tersebut akan menurun secara tajam di atas samudra, dan jumlah ini juga akan berkurang pada ketinggian yang tinggi.

B.     Sumber Kontaminasi Udara Mikroorganisme

Sumber kontaminasi udara mikroorganisme, seperti infeksi pernapasan yang terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau secara tidak langsung menghirup udara yang terkontaminasi, proses yang terakhir ini disebut dengan infeksi tetesan. Tetesan yang lebih berat cenderung mengendap, tetapi tetesan yang lebih kecil karena kehhilangan cairan atau disebut juga dengan inti tetesan akan tetap terapung di udara.

Sumber kontaminasi tidak hanya berasal dari penderita penyakit pernapasan, tetapi juga dapat disebabkan oleh spora-spora jamur patogen yang merupakan flora normal tanah pada daerah-daerah tertentu, seperti jamur penyebab kokidioida mikosis dan histoplasmolisis.

C.     Macam-Macam Mikororganisme yang Terbawa Udara

1.       Bakteri

a.       Streptokokus pyogenes

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokus gram positif yang tersusun dalam bentuk rantai tidak bergerak, tidak berspora dan umumnya bersimpai. Bakteri ini bersifat aerob dan anaerob fakultatif dengan suhu optimumnya adalah 37oC. Medium biakan bakteri ini adalah pembenihan cair kaldu serum atau glukosa, dan agar darah.

2)      Patogenesis : Infeksi akibat invasi bakteri ini adalah sakit tenggorokan akut, demam skarlet, demam reumatik dan glomerulonefritis.

3)      Diagnosis laboratoris : Yaitu dengan cara mengisolasi bakteri ini pada medium agar darah dan menginkubasinya selama 24 jam, sehingga terlihat streptokokus hemolisis b yang merupakan sekret bakteri yaitu ditandai dengan koloni suram dan dikelilingi oleh hemolisis cerah, kemudian dilakukan pewarnaan gram. Dan bisa juga dengan cara memberikannya antibiotik berlabel fluoresen yang peka basitrasin, mengingat antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri ini.

4)      Penanganan : Penanganan pertumbuhan bakteri ini adalah dengan pengobatan infeksi, yaitu dengan memberikan penisilin. 

b.       Pneumonia pneumokokus

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokus gram positif yang tersusun berpasangan, tetapi ada ang membentuk rantai-rantai yang pendek, tidak bergerak, tidak berspora, tetapi diselubungi simpai. Bakteri ini bersifat aerob dan anaerob fakultatif dan tumbuh baik pada suhu 37oC dengan pH 7,6. Medium biakan bakteri ini adalah kaldu serum dan glukosa, dan agar darah.

2)      Patogenesis : Bakteri ini tidak membuat toksik yang berarti tetapi karena virulensi organisme ini, yaitu di mana memiliki simpai yang melindunginyya dari fagositosis. Infeksi yang disebabkan bakteri ini adalah infeksi saluran atas (pneumonia lobar).

3)      Diagnosis laboratoris : Yaitu dengan mengisolasi bakteri ini pada cawan agar yang telah diletakkan pada permukaannya cakram optosin. Bakteri pneumokokus peka terhadap optosin yang dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan. Kepekaan bakteri ini terhadap optosin merupakan pembeda dari bakteri streptokokus lainnya yang justru akan tumbuh dekan optosin yang diletakkan di permukaan cawan agar.

4)      Penanganan : Dengan mengetahui jumlah tipe bakteri ini, maka diketahui pula vaksin polisakaridanya, yaitu ada 14 vaksin. Vaksin meningkatkan antibodi terhadap kapsul polisakarida dan menurunkan pertumbuhan bakteri ini.

c.       Neisseria meningitis

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokus gram negatif yang berpasangan, tak berspora, tak bergerak, tetapi bersimpai. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu pertumbuhan optimum 37oC dan pH 7,4. medium biakan bakteri ini adalah kaldu serum dan agar darah.

2)      Patogenesis : Bakteri ini merupakan parasit manusia sejati yaitu menyebabkan meningitis epidemi, yaitu peradangan meninges atau membran yang membungkus otak dan saraf tulang belakang yang menjangkit banyak orang dalam waktu singkat.

3)      Diagnosis laboratoris : Prosedur diagnosis bakteri ini adalah dengan mengisolasi bakteri ini dari nasofaring, darah, atau cairan tulang belakang pada agar darah coklat karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau dengan uji quellung untuk kelompok A dan C.

4)      Penanganan : Terdapat 3 kelompok, A,B dan C, bakteri ini yang menyebabkan penyakit meningitis ini. Penanganan pertumbuhan bakteri ini adalah dengan memberikannya vaksin kelompok A dan C. adapaun untuk kelompok B belum ada vaksin komersialnya, tetapi dengan melihat macam-macam seriotipe dari kelompok B ini kita dapat menggunakan vaksin seriotipe tersebut untuk menekan infeksi kelompok B.

d.       Bordatella pertussis

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokobasil gram negatif kecil yang tidak bergerak, tidak berspora dan tidak bersimpai. Bakteri ini merupakan bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang tumbuh terbaik pada suhu 35o-36oC. Media biakan bakteri ini adalah agar darah gliserin Bordet-Gengou, darah yang digunakan adalah sebagai penetral zat penghambat.

2)      Patogenesis : Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit batuk rejan yang menginfeksi saluran pernapasan yang melibatkan trakea dan bronkus.

3)      Diagnosis laboratoris : Diagnosis laboratoris bakteri ini dengan mengisolasi bakteri ini pada medium Bordet-Gengou.

4)      Penanganan : Pertumbuhan bakteri ini dapat dihentikan dengan memberikannya vaksin organisme fase I yang dimatikan oleh panas.

e.       Hemophilus influenzae

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokobasil gram negatif, tak bergerak, tak berspora dan bersimpai, serta pleomorfik. Dan bersifat aerob dan tumbuh terbaik pada suhu 37oc dan pH 7,8. Medium biakannya adalah agar darah berhematin porifin besi yang tahan panas (faktor X) untuk katalisa pada pernapasan aerob, dan ahar darah bermikroba lain yang tidak tahan panas (faktor V) agar dapat tumbuh subur.

2)      Patogenesis : Penyakit yang disebabkan bakteri ini adalah meningitis dan epiglotitis.

3)      Diagnosis laboratoris : Untuk mengetahui bakteri ini adalah dengan mengisolasi bakteri ini pada medium berfaktor X dan V. dan dengan uji quallung tipe b.

4)      Penanganan : Belum ada vaksin atau antibiotik yang tepat, tetapi untuk anak–anak di atas 2 tahun dapat diberikan vaksin tipe b yang dapat merangsang pembentukan antibodi.

 

f.         Corynobacterium diptheriae

1)      Ciri-ciri : Bakteri basil gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai, pleomorfisme dan tidak tahan asam. Suhu optimum bakteri ini adalah 37oC dengan pH 7,2. medium biakannya adalah kaldu serum, pembenihan loeffler dan agar darah telurit.

2)      Patogenesis : Bakteri ini merupakan bakteri penyebab difteria, yaitu peradangan tenggorokan dan jika meluas ke dalam trakea dapat menyumbat saluran udara.

3)      Diagnosis laboratoris : Bakteri ini dapat diketahui dengan cara mengisolasinya dari tenggorokan pada medium Loeffler agar bakteri tumbuh pesat atau agar dara telurit yang dapat menyebabkan koloni berwarna kelabu sampai hitam, yaitu akibat dari difusi ion telurium menjadi logam telurium yang diendapkan di dalam sel.

4)      Penanganan : Antibiotika tidak dapat menetralkan toksin yang beredar, sehingga harus digunakan dengan antitoksin. Tetapi pengendalian sepenuhnya didasarkan pada imunisasi dengan vaksin toksoid, yaitu toksin yang telah dimurnikan dengan formalin, kepada penderita.

g.       Mycibacterium tuberculosis

1)      Ciri-ciri : Basil langsing, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai dan tahan asam. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu optimum 37oC dan pH 6,4-7. medium biakannnya diperkaya dengan albumin telur (pembenihan lowenstein jensen).

2)      Patogenesis : Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini adalah penyakit tuberkulosis, yaitu infeksi primer dengan memulai luka-luka kecil pada saluran pernapasan, biasanya sering sembuh tetapi ada yang dapat menyebar ke organ-organ lain, dan infeksi reaktivasi, yaitu kambuh kembalinya infeksi primer yang telah sembuh yang merupakan akibat dari tidak semua bakteri ini mati ketika infeksi primer sembuh.

3)      Diagnosis laboratoris : Untuk dapat mengetahui bakteri ini dilakukan isolasi dan reaksi tuberkulin positif.

4)      Penanganan : Penyebaran bakteri ini dapat ditangani dengan memberikan vaksin dengan  mengikuti reaksi tuberkulin.

h.       Mycobacterium leprae

1)      Ciri-ciri : Basil langsing, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai dan tahan asam lemah.

2)      Patogenesis : Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit lepra.

3)      Diagnosis laboratoris : Diagnosis leboratoris bakteri ini adalah dengan klinis yang ditambah pengamatan batang-batang tahan asam pada luka-luka.

4)      Penanganan : Dalam menangani bakteri ini dapat dilakukan dengan mengobati kasus-kasus aktif.

i.         Mycoplasma pneumoniae

1)      Patogenesis : Pneumonia tak khas primer merupakan penyakit yang ditimbulkan bakteri ini.

2)      Diagnosis laboratoris : Pengisolasian bakteri ini yang ditambah pemerikasaan roentgenografi merupakan cara untuk mengetahui bakteri ini.

3)      Penanganan : Untuk menangani bakteri ini dilakukan pemberian vaksin efektif tetapi tidak digunakan meluas.

j.         Legionella pneumophila

1)      Patogenesis : Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini adalah penyakit legioner.

2)      Diagnosis laboratoris : Untuk mengetahui bakteri ini dilakukan isolasi pada medium Mueller-Hinton atau injeksi ke dalam kelinci percobaan.

3)      Penanganan : Sampai saat ini belum tersedia vaksin yang khas untuk penakit ini, tetapi dengan memberikan asai imunofluoresen walaupun tidak langsung menentukan terjadinya anti bodi.

 

2.       Virus

a.       Penyakit Selesma

1)      Patogenesis : Penyakit ini disebabkan oleh banyak virus, yaitu :

-          Rhinovirus , virus ini menginvasi organ yang bermukosa, seperti hidung dan ginjal janin.

-          Virus parainfluenza, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas pada orang dewasa dan menginvasi sampai saluran bawah pada bayi dan anak-anak.

-          Virus sinsitium pernapasan, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas pada orand dewaa dan saluran bawah pada bayi.

-          Koronavirus, virus ini  menyebabkan sakit tengorokan dan akibat-akibat lain yang berkaitan dengan infeksi pernapasan atas yang akut.

-          Reovirus, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas.

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan isolasi virus dan uji serologi untuk kenaikan anti bodi.

3)      Penanganan : Tidak ada penanganan yang memuaskan, tetapi  kini sedang dikembangkan vaksin yang dapat merangsang anti bodi.

b.       Adenovirus

1)      Patogenesis : Virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan akut, pneumonia faringitis dan varing konjungtivitis.

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus dan uji serologi untuk kenaikan titer anti bodi.

3)      Penanganan : Dengan memberikan vaksin adenovirus seriotipe.

c.       Influenza

1)      Patogenesis : Virus ini menginfeksi saluran pernapasan atas.

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus ini dan dilakukannya uji serologi untuk kenaikan anti bodi.

3)      Penanganan : Dengan memberikan vaksin  virus ini.

 

d.      Virus gondong, suatu paramyxovirus

1)      Patogenesis : Virus ini mengakibatkan infeksi kelenjar parotis dan peradangan dan pembengkakan bagian belakang  telinga serta susah menelan, dan diikuti dengan viremia, infeksi ini dapat berkembang ke otak, pankreas, meninges, ovarium, testis dan jantung (penyakit gondong). 

2)      Diagnosis : Diagnosisnya dapat dilihat dari gejala klinisnya dan dengan mengisolasi virus untuk uji kenaikan anti bodi dengan serologi.

3)      Penanganan : dengan cara imunisasi vaksin virus gondong hidup yang sudah lemahkan, memberikan kekebalan seumur hidup.

e.       Virus rubeola, suatu paramyxovirus

1)      Patogenesis : Virus ini merupakan penyebab penyakit campak dengan menginfeksi saluran pernapasan atas dan konjungtiva, lalu didikuti dengan viremia (penyakit campak / rubeola).

2)      Diagnosis : Diagnosisnya dapat dilihat dari gejala klinisnya dan dengan mengisolasi virus ini dan uji serologi untuk kenaikan titer anti bodi.

3)      Penanganan : Dengan cara imunisai vaksin campak.

f.        Virus rubela, suatu togavirus

1)      Patogenesis : Virus rubela menginfeksi mukosa saluran pernapasan atas kelenjar getah bening servikal, dan dapat menyebabkan cacat bahkan kematian pada janin (penyakit campak jerman / rubela).

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus untuk uji serologi.

3)      Penanganan : Dengan vaksin virus rubela yang dilemahkan.

g.       H. varicellae /virus varisela zoster, suatu herpervirus

1)      Patogenesis :  Virus ini manginvasi saluran pernapasan dan kelenjar getah bening regional, dan dapat disebarkan ke seluruh tubuh melalui udara (penyakit cacar air / varisela).

2)      Diagnosis: dengan melihat gejala klinis.

3)      Penanganan : tidak terdapat vaksin virus ini, hanya dengan pencegahhan penyebaran melalui penggunaan salep lokal, dan pada pengguna obat immunosupresif dapat ditambahkan dengan globulin imun zoster untuk mencegah atau memodifikasi penyakit ini.

h.       Virus variola

1)      Patogenesis : Virus ini menginvasi saluran pernapasan atas, kelenjar getah bening dan terjadi viremia (penyakit cacar / variola).

2)      Diagnosis : dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasinya untuk uji fiksasi komplemen.

3)      Penanganan : dengan vaksin virus vaksinia yang memberikan kekebalan jangka panjang.

i.         Virus polio, suatu picornavirus

1)      Patogenesis : Virus ini menginvasi selaput otak maupun saraf pergerakan di sumsum tulang belakang dan otak ang mengakibatkan kelumpuhan (penakit polio)

2)      Diagnosis : dengan mengisaloasi virus ini dan memberikannya antibodi.

3)      Penanganan : dengan memberikan vaksin virus polio yang dimatikan dengan formalin.

 

3.        Cendawan

a.       Filobasidiella (Crtococcus) neofarmanas

1)      Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, tidak berspora, tidak berhifa, berkembang biak dengan penguncupan. Tumbuh pada media biakan biasa.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi paru-paru dan meyebar ke organ apa saja melelui darah (penyakit kriptokokosis).

b.       Candida albikians

1)      Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, berklamidospora, berdidnding tebal dan berbentuk bulat. Tumbuh pada media biakan biasa.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi paru-paru, dan jaringan tubuh mana saja.  (penyakit moniliasis).

c.       Blastomyces dermatitidis

1)      Ciri-ciri : Sel bundar dengan kuncup tunggal, berklamodospora. Tumbuh pada media agar darah infusi eperti M.Tuberculosis dengan suhu 37oC

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginveksi bagian paru-paru, selaput dada dan menyebar bagian tubuh mana saja (penakit blastomikosis Amerika Utara).

d.       Paracocidiedes (Blastomces) brasilliensis

1)      Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, menghasilkan banyak kuncup. Tumbuh pada medium darah atau daging dengan suhu 37oC.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi mulut, saluran gastroin testin dan kelenjar getah bening leher (penyakit blastomikosis Amerika selatan).

e.       Histoplasma capsulatum

1)      Ciri-ciri : Selnya kecil, lonjong, berhifa, berkuncup dan berklamidospora. Tumbuh pada medium agar darah seperti S.aureus dan pada suhu kamar agar glukosa sabouroaud.

2)      Patogenisis :  Cendawan ini menginfeksi daerah setempat dan dapat menebar pada sistem retikuloendotelial (penyakit histoplasmosis).

f.         Coccidioides immitis

1)      Ciri-ciri : Selnya berbentuk bola, berdinding tebal, bersporulasi, berendospora dan berklamidospora. Tumbuh pada biakan agar glukosa sabouraud sebagai koloni kapang.

2)      Patogenisis :  Cendawan ini merupakan penyebab penyakit koksidioid omikosis/ demam lembah/ demam san joaquin/ rematik gurun pasir.

g.       Sporothrix schenckii

1)      Ciri-ciri : Selnya berbentuk bola, berhifa septat bercabang. Tumbuh pada media agar glukosa sabouraud pada suhu kamar.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi kelenjar getih bening, paru-paru jarang terlibat, dengan gejala awal terdapat bintil-bintil pada kulit (penyakit sporotrikosis).

 

D.     Pengendalian Penyakit yang Terbawa Udara

Ada dua cara untuk mengendalikan penyakit yang nterbawa oleh udara, yaitu dengan cara imunisasi dan dengan cara pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan penyaringan, sterilisasi atau pengenceran.

1.       Imunisasi

Imunisasi massal dapat mrngursngi berbagai penyakit yang terbawa oleh udara, seperti batuk rejan, difteria, polio dan gabag serta infeksi-infeksi lain. Kekebalan kelompok dapat didefenisikan secara matematike sebagai suatu keadaan orang yang terinfeksinya menginfeksi kurang dari satu orang lain.

2.       Tekhnik Disinfaksi Udara

Tekhnik pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara pengadaan atmosfer yang aman. Salah satu tekhnik pengendalian ini adalah dengan pengenceran, yaitu dengan mengganti udara di dalam ruangan dengan di luar ruangan secara terus menerus. Dari segi praktisnya kita harus memutar ulang udara di dalam ruangan dan berusaha untuk membuang atau membinasakan mikroba pada inti tetesan.

Cara lain pengendalian penyakit yang terbawa udara adalah dengan penyaringan udara yang diputar ulang,  dengan menggunakan penyaring udara standar tidak hanya mikroba yang tersaring tetapi juga akan membuang 30 partikel kecil yang seharusnya kita hirup. Oleh karena itu, digunakanlah penyaring yang sangat halus sehingga hana mikroba sajalah yang tersaring. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem venttilasi kompleks yang di tambah dengan energi yang besar dan cara kedua adalah dengan sinar ultraviolet agar dapat membunuh organisme patogen.

Langkah-Langkah Khusus

Ada langkah-langkah khusus yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit yang terbawa udara, yaitu :

1.       Mengatur jarak tempat tidur di ruang perawatan terbuka untuk menghindari kontak dekat dengan pasien.

2.       Memakai penutup hidung sebagai pencegahan terhirupnya patogen selama kontak dengan sumber infeksi. Penutup hidung hendaknya di ganti sebelum lembab.

3.       Menutup mulut dan hidung sewaktu bersin.

4.       Melakukan penyaringan udara.

5.       Pengendalian debu

6.       Menggunakan lampu ultraviolet pada kamar pasien. Lampu ultraviolet dalam kamar pasien harus cukup tinggi untuk menghindari kerusakan mata.

7.       Pembuangan barang-barang terkontaminasi dan kotoran tubuh yang memungkinkan sebagai sumber kontaminasi udara.


KESIMPULAN

 

Flora mikroorganisme udara terdiri dari organisme-organisme yang dapat mengapung sementara di udara atau terbawa pada partikel debu. Pada umumnya flora ini merupakan patogen bagi manusia. Flora ini disebarkan melalui kontak langsung dengan penderita atau menghirup udara yang terkontaminasi flora ini dan ada juga yang melalui udara yang terkontaminasi spora jamur patogen yang merupakan bagian flora normal tanah.

Bakteri, virus dan cendawan merupakan mikroorganisme yang dapat disebarkan melalui udara, sehingga jika kita hirup dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan dan ada pula yang dapat menyebar ke organ-organ lain melalui darah dan getah bening.

Pengendalian penyakit yang terbawa oleh udara dapat dilakukan dengan cara imunisai dan disinfeksi udara.

  

DAFTAR PUSTAKA

 

 Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binapura Aksara

Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI-Press

 Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Jakarta : Erlangga

Volk dan Wheelar. 1989. Mikrobiologi Dasar jilid 2. Jakarta : Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar