Sabtu, 03 September 2022

REGULASI KURIKULUM 2013 REVISI 2018 SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2022/2023

 


Regulasi Kurikulum 2013 Revisi 2018 SMA/MA Tahun Pelajaran 2022/2023

1. Standar SKL : Permendikbud No. 20 Th. 2016 

2. Standar Isi : Permendikbud No. 21 Th. 2016

3. Standar Proses : 

    - Permendikbud No. 22 Th. 2016 dan 

    - Permendikbudristek No. 16 Th. 2022

4. Standar Penilaian : Permendikbud No. 23 Th. 2016

5. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar :

    - Mata Pelajaran Umum : Permendikbud No. 37 Th. 2018

    - Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab di Madrasah : KMA No. 183 Th 2019

    - Mulok Bahasa Daerah Jawa Barat : Pergub No. 60 Th. 2013

6. Pedoman Kurikulum :

    - Permendikbud No. 36 Th. 2018

    - KMA No. 184 Th 2019

Silakan download file regulasi-regulasi di atas pada link Regulasi Kurikulum 2013  TP. 2022/2023

Selasa, 15 Februari 2022

Administrasi Laboratorium (Biologi)

 ADMINISTRASI LABORATORIUM (BIOLOGI)


Administrasi laboratorium yang memuat denah sekolah dan denah ruang laboratorium dengan lemari/rak serta tabel rinciannya bisa didownload di link denah lab

Administrasi laboratorium yang memuat kartu, daftar rekap, daftar penerimaan/ pengeluaran barang, alat dan bahan di laboratorium Biologi bisa didownload di link kartu dan daftar barang, alat dan bahan

Program Kerja Wakasek Kurikulum

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA MADRASAH / SEKOLAH BIDANG KURIKULUM


Program kerja bisa didownload di link Program Kerja Wakasek Kurikulum

KKO Taksonomi Bloom Revisi

 

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) TAKSONOMI BLOOM REVISI

ANDERSON DAN KRATHWOHL 




Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif

Mengingat

Memahami

Menerapkan

Menganalisis

Mengevaluasi

Mengkreasi

mengenali

mengingat kembali

membaca

menyebutkan

mengurutkan

menjelaskan mengidentifi-kasi

menamai menempatkan

mengulangi  menuliskan

 

menafsirkan

meringkas

mengklasifi-kasikan membanding-kan

menjelaskan menjabarkan

menghubug-kan

mengenera-lisasi

Melaksanakan

Menggunakan

menjalankan melakukan

mempraktekan

memilih menyusun

memulai

menyelesaikan

mendeteksi

mentabulasi

menghitung

 

menguraikan

membandingkan mengorganisir menyusun ulang

mengubah- struktur

mengkerangkakan

 menyusun- outline mengintegrasikan membedakan menyamakan

memutuskan memiih

mengkritik

 menilai

menguji membenarkan

menyalahkan

merekomenda-sikan

merancang membangun merencana-kan memproduksi

menemukan

membaharui

menyempurnakan

memperkuat

memperindah menggubah

mengkons-truksi

 

Kata Kerja Operasional Ranah Afektif 

Menerima

Merespon

Menghargai

Mengorganisasikan

Karakterisasi berdasarkan nilai nilai

mengikuti

menganut

mematuhi

meminati

 

mengompromikan

menyenangi

menyambut

mendukung

menyetujui

menampilkan

melaporkan

memilih

mengatakan

memilah

mengasumsikan

meyakini

meyakinkan

memperjelas

memprakarsai

mengimani

menekankan

menyumbang

mengubah

menata

mengklasifikasikan

mengombinasikan

mempertahankan

membangun

membentuk pendapat

memadukan

mengelola

menegosiasi

membiasakan

mengubah perilaku

berakhlak mulia

mempengaruhi

mengkualifikasi

melayani

membuktikan

memecahkan

 

Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor 

Meniru

Manipulasi

Presisi

Artikulasi

Naturalisasi

Menyalin

Mengikuti

Mereplikasi

Mengulangi

Mematuhi

Kembali membuat

Membangun

Melakukan, Melaksanakan, Menerapkan

 

Menunjukkan

Melengkapi Menunjukkan, Menyempurnakan Mengkalibrasi Mengendalikan

Membangun

Mengatasi Menggabungkan Koordinat, Mengintegrasikan Beradaptasi Mengembangkan Merumuskan, Memodifikasi

Mendesain

Menentukan

Mengelola

Menciptakan

 

 

Buku Digital Biologi SMA/MA

BUKU DIGITAL BIOLOGI SMA/MA

Buku digital Biologi SMA/MA kelas X, XI dan XII bisa didownload di link Buku Digital Biologi

Produk Fermentasi Susu

 

PRODUK FERMENTASI SUSU

 

         Selain respirasi fermentasi juga merupakan katabolisme, yaitu proses penguraian makanan oleh fungi dan bakteri dalam suasana anaerob.

fermentasi susu adalah pengawetan nilai gizi susu yang produknya bernilai ekonomis tinggi, kaya akan gizi, seperti lemak, karbohidrat, vitamin, protein, serta garam-garam mineral, mengingat produk fermentasi susu berkomposisi mirip dengan  susu murninya, dan dapat terkandung probiotik karena produk fermentasi juga dapat dibuat dari mikoorganisme probiotik, antonim dari antibiotik, yaitu mikroorganisme atau substabsi yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme lain yang menguntungkan bagi tubuh kita.

Produk fermentasi susu adalah keju, mentega, yogurt, kefir, kumiss, susu masam dan krim asam.

A.          Keju

Produksi keju merupakan salah satu metode pengawetan nilai gizi susu yang pembuatan pada prinsipnya keju adalah menghilangkan air, laktosa dan beberapa mineral dari susu (whey/air dadih) untuk menghasilkan suatu masa protein dan lemak padat (curd/dadih/tahu susu). Adapun koagulan yang digunakan adalah enzim  rennet dengan dibantu bakteri asam laktat.

Proses umum pembuatan keju

Susu yang akan dibuat berasal dari sapi yang benar-benar sehat, bukan berasal dari awal/akhir masa laktasi, steril dari mikroba kontaminan dan patogen, dan bebas dari antibiotika.
Kadar lemak yang tinggi dapat menyebabkan proteolisis yang tinggi sehingga keju berasa pahit. Untuk menstandarisasinya dapat dilakukan dengan cara mengurangi lemak atau menambahkan susu skim, krim, susu bubuk atau susu kental.

Rennet adalah koagulan yang perannya dibantu oleh kalsium dan suasana asam. Oleh karena  itu,  susu bahan keju ditambahkan dengan 0,01% CaCldan 1,5 –2,0% kultur starter sebelum rennet diberikan atau bisa diganti dengan acidogen gluconic acid-δ-lactone. Pembentukan asam pada proses pembuatan keju berpengaruh pada aktivasi koagulan, jumlah residu koagulan, kekuatan curd dan pencegahan pertumbuhan mikroba non-starter serta modifikasi sifat dan tingkat perubahan enzimatik selama pematangan  yang membantu menentukan ciri-ciri khas keju. Dan untuk mempercantik tampilan bisa ditambahkan  pewarna Annato.

Pasteurisasi susu dilakukan untuk membunuh mikroba kontaminan dan patogenik dan untuk menginaktivasikan beberapa enzim, seperti lipase (penyebab aroma basi), protease (penyebab rasa pahit akibat aktivitas akumulasi peptida-peptida) dll. Pasteurisasi ini sering dilakukan dengan cara HTST (High Temperature Short Time, 72o C selama 15 menit)  dan bisa juga dengan cara LTLT (Low Temperature Long Time, 63-65o C selama 30 menit).

Beberapa jenis keju  yang menggunakan rennet dalam proses koagulasi tidak langsung dikonsumsi, tetapi melalui proses pemeraman/pematangan. Lamanya pemeraman bervariasi antara 3 minggu sampai 2 tahun. Perubahan biokimia selama proses pemeraman dapat terjadi karena aktivasi koagulan, kerja enzim, bakteri starter dan secondary mikroba (mikroba  tahan pasteurisasi).

Lebih dari 2000 keju  tersebar diseluruh dunia, namun secara umum keju diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

  1. Naturalcheese, diproses dengan cara menambahkan enzim proteolitic kedalam susu dan tanpa proses pematangan.
  2. Fresh cheese atau nonripened  cheese, prosesnya sama dengan yang di atas, tetapi dengan keasaman yang tinggi.
  3. Longlifecheese atau processed cheese, dibuat dari natural cheese dengan perlakuan panas  untuk mendapatkan tekstur yang dikehendaki dan lebih stabil.

Hasil samping pembuatan keju adalah whey, yang sekarang digunakan dalam industri kembang gula, eskrim dan lain-lain. Bahan pemanis ini dihasilkan dengan penguraian laktosa menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan fermipan Lactobacillus bulgaricus dan Candida krusei.

Mentega

Mentega merupakan salah satu produk olahan  susu yang bersifat plastis yang  terbuat dari kepala susu (krim) yang  dikocok (Churning), sehingga dapat mengubah emulsi minyak dalam air menjadi emulsi air dalam minyak yang merupakan akibat dari keluarnya lemak karena sobeknya membran globula lemak, dimana krim susu tersebut dipekatkan dari 30-32% sampai 30-40%. Mentega yang baik harus mengandung lemak minimal 80%, kadar air maksimal 16%, kadar protein maksimal 1% dan MSNF (milk solid non fat) maksimal 2%.

Cara pembuatan mentega adalah sebagai berikut:

-     Pisahkan krim dari serum susu dengan menggunakan crem sparator.

-    Pasteurisasi krim susu tersebut pada suhu 700 selama 30 menit atau pada suhu 800 selama 15 menit.

-     Dinginkan krim  sampai mencapai suhu kamar.

-    Tambahkan starter mentega 3% dan daduk rata. Biarkan pada suhu kamar selama 6 jam. Mikroba yang digunakan sebagaistarter adalah campuran berupa 6-13% Streptococcus diacetilactis dan 0,3-5,9% L. citrovorum. Mentega yang berstarter mempunyai aroma diasetil yang merupakan suatu produk akhir dari fermentasi bakteri Leuconoctoc citrovorum dan rasa laktat  yang khas dengan pH 4,6-5,2 yang berasal dari S. diacetilactis.

-      Dinginkan dalam lemari es sampai mencapai suhu 4-70 C.

-   Setelah dingin kocok/tumbuk (churning) untuk memisahkan mentega dari susu mentega (butter milk). Cuci mentega dengan air dingin atau air es untuk membersihkan sisa-sisa tumbukan.

-   Setelah standar kadar air dicapai tambahkan garam halus 0,5-2,0% dan aduk sampai merata.

-     Remas butir-butir mentega tersebut menjadi satu, lalu dikemas.

Warna mentega alami didapat dari krim itu sendiri yang mengandung β-karoten, tetapi dapat pula ditambahkan dengan pewarna annato agar terlihat mencolok sebelum churning dilakukan.

Ada 4 macam tipe mentega, yaitu sweat cream salted butter, sweat cream unsalted butter, cultured salted butter, dan cultured unsalted butter.

Proses churning selain menghasilkan mentega juga menghasilkan susu mentega (butter milk). Susu mentega yang mengandung fosfolipid yang berasal dari membran globula lemak ini dapat diolah menjadi susu mentega asam (cultured buttermilk), yaitu dengan cara pemfermentasian dengan cara menambahkan 1-2% kultur bakteri penghasil asam laktat atau bakteri penghasil aroma. Bakteri penghasil asam laktat yaitu Streptococcus lactis dan S. cremoris, sedangkan bakteri penghasil aroma adalah Leuconoctoc citrovorum, L. dextranicum dan S. diacetilactis. Fermentasi ini dihentikan jika sudah mencapai keasaman dengan pH 4,4-4,6.

Yogurt

Yogurt adalah produk Fermentasi susu yang sudah dikenal sejak lama yang terbuat dari susu sapi, tetapi sekarang ini yogurt dapat pula dibuat dari susu skim, full krim atau bahkan kacang kedelai (yang disebut dengan soyghurt).

Berikut cara pembuatan yogurt:

-   Pasteurisasi susu murni dengan suhu 950 selama 10 menit atau 850 selama 30 menit dan aduk terus-menerus.

-     Dinginkan susu sampai mencapai suhu 40-450C.

- Tambahkan bakteri starter yogurt berupa 1-3% campuran bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricu, lalu aduk hingga merata.

-   Inkubasikan campuran susu dengan starter tersebut pada suhu 40-450 C selama 2,5-3 jam atau pada suhu ruangan selama 12-14 jam dengan keasaman yang dicapai pH 4,0-4,5. jika dikehendaki yogurt dengan keasaman yang tidak terlalu rendah gunakan bakteri L. acidophilus dan Bifidobacterium bifidum sebagai starter.

-    Setelah dilakukannya inkubasi, dinginkan  yogurt di lemari es atau dapat dipasteurisasi kembali jika tidak ingin langsung dikonsumsi.

-  Untuk menambah cita rasa bisa ditambahkan gula 6-8% setelah susu dipasteurisasi atau sesudah yogurt terbentuk.

Kefir

Kefir adalah produk fermentasi susu yang memiliki cita rasa yang berbeda karena terdiri dari  campuran asam, alkoholic 1% dan karbonat. Ketiganya didapat dari proses pemermentasian bakteri dan khamir. Bakteri menyebabkan terjadinya asam, sedangkan khamir menghasilkan alkohol dan karbondioksida pada proses fermentasi.

Mikroba yang dapat digunakan sebagai starter antara lain Lactobacillus casei, l.acidophilus,  L.kefir, L.keirgranum, L.parakefir, Streptococcus lactis, S.cremoris sebagai  pembentuk asam laktat dari laktosa dan Candida kefir serta Kluyferomyces fragilis sebagai pembentuk etanol dan karbondioksida dari laktosa. Selain itu ditemukan juga bakteri L.brevis dan khamir Torulopsis holmii dan Saccharomyces delbrueckii. Bibit kefir ini dapat disimpan dengan cara pengeringan beku atau pemindahan bibit kefir lama ke dalam susu yang telah dipasteurisasi yang diinkubasi semalam dalam lemari es bersuhu 4-70 C.

Cara pembuatan kefir adalah sebagai berikut:

-    Pasteurisasi  susu pada suhu 850C selama 30 menit atau 950C selama 10 menit.

-   Dinginkan susu sampai pada suhu 220C. lalu tambahkan starter 5-6% dan  inkubasikan selama 20jam pada suhu 230C atau 2hari pada suhu 100C.

-    Saring butir kefir dari cairan kefir. Butir kefir/bibit tersebut bisa disimpan untuk digunakan kembali.

-     Cairan kefir yang diperoleh selanjutnya didinginkan pada suhu 50C selama 2-3 jam untuk proses pematangan.

Kumiss

Seperti halnya dengan kefir kumiss juga bercita rasa khas, yaitu berasa asam, beralkohol l-2,5% dan berkarbondioksida. Dalam proses pembuatannya juga sama, hanya saja kumiss terbuat dari susu kuda dan ada juga yang berasal dari susu domba, adapun kefirter buat dari susu sapi. Sedangkan kultur bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus, L.leichmannii dan Candida sp.

Susu Masam

Susu masam adalah produk susu fermentasi dengan menggunakan Lactobacillus acidophilus. Oleh karena itu, susu masam sering disebut juga dengan acidophilus milk. Bahan baku susu masam bisa susu skim atau susu penuh. Pasteurisasi dilakukan pada suhu yang tinggi 85-950C, setelah pemanasan selesai homogenitas dilakukan dengan cara pengadukan. Penggunaan starter berkisar 2-5% dan difermentasikan pada suhu 370C sampai koagulasi  terbentuk dan biasanya keasaman produk mencapai 1% asam laktat. Setelah koagulasi terbentuk dinginkan pada suhu 50C.

Krim Asam

Krim asam (sour cream) adalah produk fermentasi susu yang berasam lemak antara 12-30 %. Starter yang digunakan sama dengan susu mentega asam yaitu terdiri dari mikroba asam laktat dan aroma. Krim yang akan difermentasikan dipasteurisasi terlebih dahulu pada suhu 75-800C, kemudian dilakukan homogenisasi  agar teksturnya stabil. Proses fermentasi dihentikan jika keasaman mencapai 0,6% asam laktat.


Mikrobiologi Udara

 

MIKROBIOLOGI UDARA

 


A.     Flora Udara

1. Sumber

Flora mikroorganisme udara terdiri dari organisme-organisme yang dapat mengapung sementara di udara atau terbawa pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia seperti batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi, yaitu kumpulan partikel di udara. Dalam aerosol biologi tersebut terdapat partikel kecil yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan manusia. Kemungkinan penyakit pernapasan disebabkan melalui udara semaikn besar dengan bukti semakin tingginya penderita penyakit pernapasan pada musin dingin. Hal ini disebabkan karena pada musim dingin kebanyakan orang akan tinggal di rumah saja, yaitu di ruangan-ruang yang kurang ventilasi, sehingga mudah sekali untuk terjangkit penyakit ini.

2. Ukuran

jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara disesuaikan dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah masarakat. Daerah yang berdebu hampir memiliki polulasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Jumlah tersebut akan menurun secara tajam di atas samudra, dan jumlah ini juga akan berkurang pada ketinggian yang tinggi.

B.     Sumber Kontaminasi Udara Mikroorganisme

Sumber kontaminasi udara mikroorganisme, seperti infeksi pernapasan yang terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau secara tidak langsung menghirup udara yang terkontaminasi, proses yang terakhir ini disebut dengan infeksi tetesan. Tetesan yang lebih berat cenderung mengendap, tetapi tetesan yang lebih kecil karena kehhilangan cairan atau disebut juga dengan inti tetesan akan tetap terapung di udara.

Sumber kontaminasi tidak hanya berasal dari penderita penyakit pernapasan, tetapi juga dapat disebabkan oleh spora-spora jamur patogen yang merupakan flora normal tanah pada daerah-daerah tertentu, seperti jamur penyebab kokidioida mikosis dan histoplasmolisis.

C.     Macam-Macam Mikororganisme yang Terbawa Udara

1.       Bakteri

a.       Streptokokus pyogenes

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokus gram positif yang tersusun dalam bentuk rantai tidak bergerak, tidak berspora dan umumnya bersimpai. Bakteri ini bersifat aerob dan anaerob fakultatif dengan suhu optimumnya adalah 37oC. Medium biakan bakteri ini adalah pembenihan cair kaldu serum atau glukosa, dan agar darah.

2)      Patogenesis : Infeksi akibat invasi bakteri ini adalah sakit tenggorokan akut, demam skarlet, demam reumatik dan glomerulonefritis.

3)      Diagnosis laboratoris : Yaitu dengan cara mengisolasi bakteri ini pada medium agar darah dan menginkubasinya selama 24 jam, sehingga terlihat streptokokus hemolisis b yang merupakan sekret bakteri yaitu ditandai dengan koloni suram dan dikelilingi oleh hemolisis cerah, kemudian dilakukan pewarnaan gram. Dan bisa juga dengan cara memberikannya antibiotik berlabel fluoresen yang peka basitrasin, mengingat antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri ini.

4)      Penanganan : Penanganan pertumbuhan bakteri ini adalah dengan pengobatan infeksi, yaitu dengan memberikan penisilin. 

b.       Pneumonia pneumokokus

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokus gram positif yang tersusun berpasangan, tetapi ada ang membentuk rantai-rantai yang pendek, tidak bergerak, tidak berspora, tetapi diselubungi simpai. Bakteri ini bersifat aerob dan anaerob fakultatif dan tumbuh baik pada suhu 37oC dengan pH 7,6. Medium biakan bakteri ini adalah kaldu serum dan glukosa, dan agar darah.

2)      Patogenesis : Bakteri ini tidak membuat toksik yang berarti tetapi karena virulensi organisme ini, yaitu di mana memiliki simpai yang melindunginyya dari fagositosis. Infeksi yang disebabkan bakteri ini adalah infeksi saluran atas (pneumonia lobar).

3)      Diagnosis laboratoris : Yaitu dengan mengisolasi bakteri ini pada cawan agar yang telah diletakkan pada permukaannya cakram optosin. Bakteri pneumokokus peka terhadap optosin yang dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan. Kepekaan bakteri ini terhadap optosin merupakan pembeda dari bakteri streptokokus lainnya yang justru akan tumbuh dekan optosin yang diletakkan di permukaan cawan agar.

4)      Penanganan : Dengan mengetahui jumlah tipe bakteri ini, maka diketahui pula vaksin polisakaridanya, yaitu ada 14 vaksin. Vaksin meningkatkan antibodi terhadap kapsul polisakarida dan menurunkan pertumbuhan bakteri ini.

c.       Neisseria meningitis

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokus gram negatif yang berpasangan, tak berspora, tak bergerak, tetapi bersimpai. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu pertumbuhan optimum 37oC dan pH 7,4. medium biakan bakteri ini adalah kaldu serum dan agar darah.

2)      Patogenesis : Bakteri ini merupakan parasit manusia sejati yaitu menyebabkan meningitis epidemi, yaitu peradangan meninges atau membran yang membungkus otak dan saraf tulang belakang yang menjangkit banyak orang dalam waktu singkat.

3)      Diagnosis laboratoris : Prosedur diagnosis bakteri ini adalah dengan mengisolasi bakteri ini dari nasofaring, darah, atau cairan tulang belakang pada agar darah coklat karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau dengan uji quellung untuk kelompok A dan C.

4)      Penanganan : Terdapat 3 kelompok, A,B dan C, bakteri ini yang menyebabkan penyakit meningitis ini. Penanganan pertumbuhan bakteri ini adalah dengan memberikannya vaksin kelompok A dan C. adapaun untuk kelompok B belum ada vaksin komersialnya, tetapi dengan melihat macam-macam seriotipe dari kelompok B ini kita dapat menggunakan vaksin seriotipe tersebut untuk menekan infeksi kelompok B.

d.       Bordatella pertussis

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokobasil gram negatif kecil yang tidak bergerak, tidak berspora dan tidak bersimpai. Bakteri ini merupakan bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang tumbuh terbaik pada suhu 35o-36oC. Media biakan bakteri ini adalah agar darah gliserin Bordet-Gengou, darah yang digunakan adalah sebagai penetral zat penghambat.

2)      Patogenesis : Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit batuk rejan yang menginfeksi saluran pernapasan yang melibatkan trakea dan bronkus.

3)      Diagnosis laboratoris : Diagnosis laboratoris bakteri ini dengan mengisolasi bakteri ini pada medium Bordet-Gengou.

4)      Penanganan : Pertumbuhan bakteri ini dapat dihentikan dengan memberikannya vaksin organisme fase I yang dimatikan oleh panas.

e.       Hemophilus influenzae

1)      Ciri-ciri : Bakteri kokobasil gram negatif, tak bergerak, tak berspora dan bersimpai, serta pleomorfik. Dan bersifat aerob dan tumbuh terbaik pada suhu 37oc dan pH 7,8. Medium biakannya adalah agar darah berhematin porifin besi yang tahan panas (faktor X) untuk katalisa pada pernapasan aerob, dan ahar darah bermikroba lain yang tidak tahan panas (faktor V) agar dapat tumbuh subur.

2)      Patogenesis : Penyakit yang disebabkan bakteri ini adalah meningitis dan epiglotitis.

3)      Diagnosis laboratoris : Untuk mengetahui bakteri ini adalah dengan mengisolasi bakteri ini pada medium berfaktor X dan V. dan dengan uji quallung tipe b.

4)      Penanganan : Belum ada vaksin atau antibiotik yang tepat, tetapi untuk anak–anak di atas 2 tahun dapat diberikan vaksin tipe b yang dapat merangsang pembentukan antibodi.

 

f.         Corynobacterium diptheriae

1)      Ciri-ciri : Bakteri basil gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai, pleomorfisme dan tidak tahan asam. Suhu optimum bakteri ini adalah 37oC dengan pH 7,2. medium biakannya adalah kaldu serum, pembenihan loeffler dan agar darah telurit.

2)      Patogenesis : Bakteri ini merupakan bakteri penyebab difteria, yaitu peradangan tenggorokan dan jika meluas ke dalam trakea dapat menyumbat saluran udara.

3)      Diagnosis laboratoris : Bakteri ini dapat diketahui dengan cara mengisolasinya dari tenggorokan pada medium Loeffler agar bakteri tumbuh pesat atau agar dara telurit yang dapat menyebabkan koloni berwarna kelabu sampai hitam, yaitu akibat dari difusi ion telurium menjadi logam telurium yang diendapkan di dalam sel.

4)      Penanganan : Antibiotika tidak dapat menetralkan toksin yang beredar, sehingga harus digunakan dengan antitoksin. Tetapi pengendalian sepenuhnya didasarkan pada imunisasi dengan vaksin toksoid, yaitu toksin yang telah dimurnikan dengan formalin, kepada penderita.

g.       Mycibacterium tuberculosis

1)      Ciri-ciri : Basil langsing, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai dan tahan asam. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu optimum 37oC dan pH 6,4-7. medium biakannnya diperkaya dengan albumin telur (pembenihan lowenstein jensen).

2)      Patogenesis : Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini adalah penyakit tuberkulosis, yaitu infeksi primer dengan memulai luka-luka kecil pada saluran pernapasan, biasanya sering sembuh tetapi ada yang dapat menyebar ke organ-organ lain, dan infeksi reaktivasi, yaitu kambuh kembalinya infeksi primer yang telah sembuh yang merupakan akibat dari tidak semua bakteri ini mati ketika infeksi primer sembuh.

3)      Diagnosis laboratoris : Untuk dapat mengetahui bakteri ini dilakukan isolasi dan reaksi tuberkulin positif.

4)      Penanganan : Penyebaran bakteri ini dapat ditangani dengan memberikan vaksin dengan  mengikuti reaksi tuberkulin.

h.       Mycobacterium leprae

1)      Ciri-ciri : Basil langsing, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai dan tahan asam lemah.

2)      Patogenesis : Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit lepra.

3)      Diagnosis laboratoris : Diagnosis leboratoris bakteri ini adalah dengan klinis yang ditambah pengamatan batang-batang tahan asam pada luka-luka.

4)      Penanganan : Dalam menangani bakteri ini dapat dilakukan dengan mengobati kasus-kasus aktif.

i.         Mycoplasma pneumoniae

1)      Patogenesis : Pneumonia tak khas primer merupakan penyakit yang ditimbulkan bakteri ini.

2)      Diagnosis laboratoris : Pengisolasian bakteri ini yang ditambah pemerikasaan roentgenografi merupakan cara untuk mengetahui bakteri ini.

3)      Penanganan : Untuk menangani bakteri ini dilakukan pemberian vaksin efektif tetapi tidak digunakan meluas.

j.         Legionella pneumophila

1)      Patogenesis : Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini adalah penyakit legioner.

2)      Diagnosis laboratoris : Untuk mengetahui bakteri ini dilakukan isolasi pada medium Mueller-Hinton atau injeksi ke dalam kelinci percobaan.

3)      Penanganan : Sampai saat ini belum tersedia vaksin yang khas untuk penakit ini, tetapi dengan memberikan asai imunofluoresen walaupun tidak langsung menentukan terjadinya anti bodi.

 

2.       Virus

a.       Penyakit Selesma

1)      Patogenesis : Penyakit ini disebabkan oleh banyak virus, yaitu :

-          Rhinovirus , virus ini menginvasi organ yang bermukosa, seperti hidung dan ginjal janin.

-          Virus parainfluenza, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas pada orang dewasa dan menginvasi sampai saluran bawah pada bayi dan anak-anak.

-          Virus sinsitium pernapasan, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas pada orand dewaa dan saluran bawah pada bayi.

-          Koronavirus, virus ini  menyebabkan sakit tengorokan dan akibat-akibat lain yang berkaitan dengan infeksi pernapasan atas yang akut.

-          Reovirus, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas.

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan isolasi virus dan uji serologi untuk kenaikan anti bodi.

3)      Penanganan : Tidak ada penanganan yang memuaskan, tetapi  kini sedang dikembangkan vaksin yang dapat merangsang anti bodi.

b.       Adenovirus

1)      Patogenesis : Virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan akut, pneumonia faringitis dan varing konjungtivitis.

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus dan uji serologi untuk kenaikan titer anti bodi.

3)      Penanganan : Dengan memberikan vaksin adenovirus seriotipe.

c.       Influenza

1)      Patogenesis : Virus ini menginfeksi saluran pernapasan atas.

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus ini dan dilakukannya uji serologi untuk kenaikan anti bodi.

3)      Penanganan : Dengan memberikan vaksin  virus ini.

 

d.      Virus gondong, suatu paramyxovirus

1)      Patogenesis : Virus ini mengakibatkan infeksi kelenjar parotis dan peradangan dan pembengkakan bagian belakang  telinga serta susah menelan, dan diikuti dengan viremia, infeksi ini dapat berkembang ke otak, pankreas, meninges, ovarium, testis dan jantung (penyakit gondong). 

2)      Diagnosis : Diagnosisnya dapat dilihat dari gejala klinisnya dan dengan mengisolasi virus untuk uji kenaikan anti bodi dengan serologi.

3)      Penanganan : dengan cara imunisasi vaksin virus gondong hidup yang sudah lemahkan, memberikan kekebalan seumur hidup.

e.       Virus rubeola, suatu paramyxovirus

1)      Patogenesis : Virus ini merupakan penyebab penyakit campak dengan menginfeksi saluran pernapasan atas dan konjungtiva, lalu didikuti dengan viremia (penyakit campak / rubeola).

2)      Diagnosis : Diagnosisnya dapat dilihat dari gejala klinisnya dan dengan mengisolasi virus ini dan uji serologi untuk kenaikan titer anti bodi.

3)      Penanganan : Dengan cara imunisai vaksin campak.

f.        Virus rubela, suatu togavirus

1)      Patogenesis : Virus rubela menginfeksi mukosa saluran pernapasan atas kelenjar getah bening servikal, dan dapat menyebabkan cacat bahkan kematian pada janin (penyakit campak jerman / rubela).

2)      Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus untuk uji serologi.

3)      Penanganan : Dengan vaksin virus rubela yang dilemahkan.

g.       H. varicellae /virus varisela zoster, suatu herpervirus

1)      Patogenesis :  Virus ini manginvasi saluran pernapasan dan kelenjar getah bening regional, dan dapat disebarkan ke seluruh tubuh melalui udara (penyakit cacar air / varisela).

2)      Diagnosis: dengan melihat gejala klinis.

3)      Penanganan : tidak terdapat vaksin virus ini, hanya dengan pencegahhan penyebaran melalui penggunaan salep lokal, dan pada pengguna obat immunosupresif dapat ditambahkan dengan globulin imun zoster untuk mencegah atau memodifikasi penyakit ini.

h.       Virus variola

1)      Patogenesis : Virus ini menginvasi saluran pernapasan atas, kelenjar getah bening dan terjadi viremia (penyakit cacar / variola).

2)      Diagnosis : dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasinya untuk uji fiksasi komplemen.

3)      Penanganan : dengan vaksin virus vaksinia yang memberikan kekebalan jangka panjang.

i.         Virus polio, suatu picornavirus

1)      Patogenesis : Virus ini menginvasi selaput otak maupun saraf pergerakan di sumsum tulang belakang dan otak ang mengakibatkan kelumpuhan (penakit polio)

2)      Diagnosis : dengan mengisaloasi virus ini dan memberikannya antibodi.

3)      Penanganan : dengan memberikan vaksin virus polio yang dimatikan dengan formalin.

 

3.        Cendawan

a.       Filobasidiella (Crtococcus) neofarmanas

1)      Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, tidak berspora, tidak berhifa, berkembang biak dengan penguncupan. Tumbuh pada media biakan biasa.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi paru-paru dan meyebar ke organ apa saja melelui darah (penyakit kriptokokosis).

b.       Candida albikians

1)      Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, berklamidospora, berdidnding tebal dan berbentuk bulat. Tumbuh pada media biakan biasa.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi paru-paru, dan jaringan tubuh mana saja.  (penyakit moniliasis).

c.       Blastomyces dermatitidis

1)      Ciri-ciri : Sel bundar dengan kuncup tunggal, berklamodospora. Tumbuh pada media agar darah infusi eperti M.Tuberculosis dengan suhu 37oC

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginveksi bagian paru-paru, selaput dada dan menyebar bagian tubuh mana saja (penakit blastomikosis Amerika Utara).

d.       Paracocidiedes (Blastomces) brasilliensis

1)      Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, menghasilkan banyak kuncup. Tumbuh pada medium darah atau daging dengan suhu 37oC.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi mulut, saluran gastroin testin dan kelenjar getah bening leher (penyakit blastomikosis Amerika selatan).

e.       Histoplasma capsulatum

1)      Ciri-ciri : Selnya kecil, lonjong, berhifa, berkuncup dan berklamidospora. Tumbuh pada medium agar darah seperti S.aureus dan pada suhu kamar agar glukosa sabouroaud.

2)      Patogenisis :  Cendawan ini menginfeksi daerah setempat dan dapat menebar pada sistem retikuloendotelial (penyakit histoplasmosis).

f.         Coccidioides immitis

1)      Ciri-ciri : Selnya berbentuk bola, berdinding tebal, bersporulasi, berendospora dan berklamidospora. Tumbuh pada biakan agar glukosa sabouraud sebagai koloni kapang.

2)      Patogenisis :  Cendawan ini merupakan penyebab penyakit koksidioid omikosis/ demam lembah/ demam san joaquin/ rematik gurun pasir.

g.       Sporothrix schenckii

1)      Ciri-ciri : Selnya berbentuk bola, berhifa septat bercabang. Tumbuh pada media agar glukosa sabouraud pada suhu kamar.

2)      Patogenisis : Cendawan ini menginvasi kelenjar getih bening, paru-paru jarang terlibat, dengan gejala awal terdapat bintil-bintil pada kulit (penyakit sporotrikosis).

 

D.     Pengendalian Penyakit yang Terbawa Udara

Ada dua cara untuk mengendalikan penyakit yang nterbawa oleh udara, yaitu dengan cara imunisasi dan dengan cara pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan penyaringan, sterilisasi atau pengenceran.

1.       Imunisasi

Imunisasi massal dapat mrngursngi berbagai penyakit yang terbawa oleh udara, seperti batuk rejan, difteria, polio dan gabag serta infeksi-infeksi lain. Kekebalan kelompok dapat didefenisikan secara matematike sebagai suatu keadaan orang yang terinfeksinya menginfeksi kurang dari satu orang lain.

2.       Tekhnik Disinfaksi Udara

Tekhnik pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara pengadaan atmosfer yang aman. Salah satu tekhnik pengendalian ini adalah dengan pengenceran, yaitu dengan mengganti udara di dalam ruangan dengan di luar ruangan secara terus menerus. Dari segi praktisnya kita harus memutar ulang udara di dalam ruangan dan berusaha untuk membuang atau membinasakan mikroba pada inti tetesan.

Cara lain pengendalian penyakit yang terbawa udara adalah dengan penyaringan udara yang diputar ulang,  dengan menggunakan penyaring udara standar tidak hanya mikroba yang tersaring tetapi juga akan membuang 30 partikel kecil yang seharusnya kita hirup. Oleh karena itu, digunakanlah penyaring yang sangat halus sehingga hana mikroba sajalah yang tersaring. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem venttilasi kompleks yang di tambah dengan energi yang besar dan cara kedua adalah dengan sinar ultraviolet agar dapat membunuh organisme patogen.

Langkah-Langkah Khusus

Ada langkah-langkah khusus yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit yang terbawa udara, yaitu :

1.       Mengatur jarak tempat tidur di ruang perawatan terbuka untuk menghindari kontak dekat dengan pasien.

2.       Memakai penutup hidung sebagai pencegahan terhirupnya patogen selama kontak dengan sumber infeksi. Penutup hidung hendaknya di ganti sebelum lembab.

3.       Menutup mulut dan hidung sewaktu bersin.

4.       Melakukan penyaringan udara.

5.       Pengendalian debu

6.       Menggunakan lampu ultraviolet pada kamar pasien. Lampu ultraviolet dalam kamar pasien harus cukup tinggi untuk menghindari kerusakan mata.

7.       Pembuangan barang-barang terkontaminasi dan kotoran tubuh yang memungkinkan sebagai sumber kontaminasi udara.


KESIMPULAN

 

Flora mikroorganisme udara terdiri dari organisme-organisme yang dapat mengapung sementara di udara atau terbawa pada partikel debu. Pada umumnya flora ini merupakan patogen bagi manusia. Flora ini disebarkan melalui kontak langsung dengan penderita atau menghirup udara yang terkontaminasi flora ini dan ada juga yang melalui udara yang terkontaminasi spora jamur patogen yang merupakan bagian flora normal tanah.

Bakteri, virus dan cendawan merupakan mikroorganisme yang dapat disebarkan melalui udara, sehingga jika kita hirup dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan dan ada pula yang dapat menyebar ke organ-organ lain melalui darah dan getah bening.

Pengendalian penyakit yang terbawa oleh udara dapat dilakukan dengan cara imunisai dan disinfeksi udara.

  

DAFTAR PUSTAKA

 

 Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binapura Aksara

Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI-Press

 Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Jakarta : Erlangga

Volk dan Wheelar. 1989. Mikrobiologi Dasar jilid 2. Jakarta : Erlangga