Minggu, 13 Februari 2022

Al-Qur'an dan Embriologi Manusia

 

AL-QUR’AN DAN EMBRIOLOGI MANUSIA

Dikotomi agama dan ilmu pengetahuan yang terjadi di masyarakat sangat riil. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa Al-Qur'an merupakan kitab yang berisi tentang akidah dan ibadah ritual saja dan bukan kitab ilmu, adapula yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan tidak berhubungan dengan masalah iman sehingga seringkali masyarakat mengacuhkan masalah ilmu pengetahuan, dan ada yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang baru dan sesuatu yang baru itu adalah haram.

Masalah dikotomi seharusnya tidak terjadi. Al-Qur'an adalah sumber segala ilmu, begitu pula dengan ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang ilmu pengetahuan, baik ilmu kealaman, kemanusiaan, kejiwaan dan lain-lain, yang dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai pembahasan embriologi di dalam Al-Qur'an.

Embriologi adalah salah satu wilayah kajian dari ilmu yang berhubungan dengan bagaimana sel membelah dan berubah selama perkembangan untuk membentuk organisme atau individu. banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang embriologi manusia, baik dilihat dari fase maupun kondisi embriologi. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis akan sedikit membahas mengenai pandangan Al-Qur'an terhadap ilmu pengetahuan embriologi manusia.

 وَقَدْ خَلَقَكُمْ اَطْوَارًا

 Artinya : Dan sesungguhnya Allah telah membentukmu melalui tahap-tahap. (QS. An-Nuh : 14)

Dan sesungguhnya Allah telah membentukmu melalui tahap-tahap bermakna manusia tidak terbentuk langsung secara sempurna, tetapi melalui proses yang menjadikan manusia itu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Ilmu pengetahuan pun menyebutkan bahwa pembentukan manusia itu bertahap-tahap. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :

1.       Periode persiapan

Pada periode ini kedua parent dipersiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan pembuahan.

2.       Periode pembuahan

Pembuahan adalah bersatunya sel sperma dengan sel ovum di dalam tuba falopi yang kemudian terbentuklah zigot. Akibat dari pembuahan ini adalah terbentuknya jenis kelamin bakal embrio, yang berasala dari gabungan pilihan dari kromoson kelamin ayah (X atau Y) dan kromosom kelamin ibu (X). Jika spermatozoa X bertemu dengan ovum Y, maka jenis kelamin bakal embrio adalah perempuan (XX), dan jika spermatozoa Y bertemu dengan ovum X, maka jenis kelamin bakal embrio tersebut adalah laki-laki (XY).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menentukan jenis kelamin bakal embrio adalah kromosom kelamin ayah (laki-laki). Al-Qur'an juga menyebutkan dalam surat Abasa ayat 19.

 مِنْ نُّطْفَةٍۗ خَلَقَهٗ فَقَدَّرَهٗۗ

Artinya : dari sejumlah kecil cairan, Allah membentuk  dan lalu menentukkannya. (QS. Abasa : 19)

3.       Periode pertumbuhan awal

Setelah terjadinya pembuahan, maka zigot tersebut akan turun ke rahim dan tertanam di dalam rahim, dan pada saat turun ke rahim mulai terpecah atau membelah. Pembelahan tersebut berlangsung beberapa kali sampai zigot tersebut memiliki bentuk primitif (embrio), yaitu bentuk dan susunan embrio yang masih sangat sederhana dan kasar.

4.       Periode antara

Pada periode ini embrio mengalami transformasi bentuk dan sususnan tubuh secara berangsur dan akhirnya mencapai bentuk definitif, yaitu bentuk yang sudah seperti dewasa dan mengalami differensiasi yang terperinci dan lengkap (bayi/fetus).

5.       Periode pertumbuhan akhir

Periode pertumbuhan akhir yaitu masa pertumbuhan dan penyempurnaan bentuk definitif sampai kelahiran.

Gabungan peride antara dengan periode pertumbuhan akhir disebut dengan tingkat organogenesis, yaitu proses pembentukan alat tubuh serta mengkoordinasikannya dalam berbagai sistem.

Sangat banyak ayat Al-Qur'an yang membahas mengenai penciptaan manusia dari segumpal tanah oleh Allah SWT.  dan ayat yang akan dibahas adalah surat As-Sajdah ayat 7-9.

 الَّذِيْٓ اَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهٗ وَبَدَاَ خَلْقَ الْاِنْسَانِ مِنْ طِيْنٍ

  ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهٗ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ مَّاۤءٍ مَّهِيْنٍ ۚ

 ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

 Artinya :

(7) (Zat) yang memperindah segala sesuatu dan Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan itu dari tanah.

(8) Kemudian menjadikan keturunannya dari sari pati tanah yang hina (air mani).

(9) Kemudian menyempurnakannya dan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hari bagimu. Tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.

(Zat) yang memperindah segala sesuatu dan Dia ciptakan bermakna penciptaan manusia dalam keadaan yang baik, diciptakan secara sempurna, agar masing-masing dapat berfungsi sesuai dengan yang Ia kehendaki. Dan yang memulai penciptaan itu dari tanah bermakna :

-          Penciptaan manusia pertama, Adam, dari tanah.

-          Berdasarkan tafsiran Shihab tanah berartikan kiasan yaitu karena tanah sehingga manusia dipengaruhi oleh kelaman, yaitu manusia butuh makan, minum dan lain-lain.

-          Bucaille menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah karena komponen-komponen atau unsur-unsur kimia tubuh manusia dapat ditemukan di dalam tanah. Ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa manusia terbentuk dari sperma ayah dan ovum ibu, di mana keduanya berasal dari makanan-makanan yang berasal dari tanah, hal ini berarti keduanya memiliki komponen kimia yang ada di dalam makanan-makanan yang berasal dari tanah.

Kemudian menjadikan keturunannya dari sari pati tanah yang hina (air mani) . kata sulalah berasal dari kata salla yang berarti ambil, cabut atau sedikit, sihingga sering disebut sari pati, dan kata mahin berartikan lemah atau sedikit. Adapun penjelasan ayat ini adalah :

-          Shihab menafsirkan ayat di atas dengan penciptaan manusia dari sedikit air mani yang diremehkan, lemah dan menjijikkan. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa air mani atau sperma itu bersifat lemah karena sperma sangat tidak tahan dengan suasana asam, sehingga mudah sekali mati, dan sperma memiliki ketahanan hidup yang lebih lemah dibandingkan dengan ovum.

-          Bucaille menyatakan bahwa kata mahin tidak saja berati hina dari segi sifatnya, tetapi juga hina dari segi tempat dikeluarkannya sperma tersebut, yaitu bertempat sama dengan air kencing dikeluarkan. Ia juga menyatakan bahwa terdapat keserasian antara Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, di mana kata sulalah bermakan sedikit, yaitu air mani yang dipancarkan itu bervolume sedikit. Tetapi bukan berarti dengan volume sedikit air mani tersebut tidak bisa membentuk manusia baru, tetapi kualitas cairan manilah yang mempengaruhinya.

Kemudian menyempurnakannya dan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu. Setelah terbentuknya zigot (bersatunya sperma dengan ovum) di tuba falopi yang yang kemudian zigot turun ke rahim berlangsung selama 6 hari sambil melakukan pembelahan-pembelahan dan akan tertanam dalam rahim dengan usaha penetrasi untuk implantasi selama 2-3 hari yang kemudian akan terjadi perkembangan-perkembangan, kemudian secara berturut terjadi penyempurnaan, peniupan roh, berfungsinya sistem pendengaran, penglihatan dan hati (perasaan) pada manusia.

Kemudian menyempurnakannya. Berdasarkan ilmu pengetahuan Penyempurnaan terjadi  dengan berkembangnya embrio menjadi bayi/fetus. Pada fase ini sistem kelengkapan tubuh sudan terbentuk atau semua organ tubuh manusia sudah ada. Penyempurnaan ini berlangsung pada bulan ke-3 usia janin. Dan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya. Hal ini terjadi pada bulan ke-4 usia janin.

Dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu. Berdasarkan ilmu pengetahuan bayi menggunakan indra pendengaran dengan memberikan reaksi terhadap suara keras dengan cara menendang dan menggeliat berlangsung mulai pada bulan ke-5 usia janin. Adapun penglihatan secara sempurna dapat dicapai pada hari ke-40 usia bayi setelah dilahirkan. Dan hati manusia tercipta, yaitu dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, pada masa-masa tamyiz. Adapun awal dari perkembangannya adalah pada fase primordial (bakal/embrio), yaitu minggu ke-8 usia janin, pada fase primordia (bakal) telinga internal nampak sebelum permulaan perkembangan mata, dan otak (tempatnya pemahaman) berdiferensiasi terakhir kali.

 وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ

 ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ ۖ

 مَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَۗ

Artinya :

(12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.

(13) Kemudian Kami jadikan saripati itu nuthfah (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

(14) Kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqoh, lalu ‘alaqoh itu kami jadikan mudghoh, dan mudghoh itu Kami jadikan tulang belulang (‘idzom), lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging (lakhma). Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al Mu’minuun: 12-14).

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah.  Adapun penjelasan seperti surat As- Sajdah di atas.

Kemudian Kami jadikan saripati itu nuthfah (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kata nuthfah ada yang menafsirkannya sebagai sperma dan ovum, namun penafsiran yang lebih berarti adalah zigot yang membelah diri membentuk blastocyst yang tertanam di uterus (Tempat yang kokoh). Penafsiran ini didukung oleh ayat 2 surat Al-Insan.

 اِنَّا خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَاجٍۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Artinya : Sesungguhnya kami mennciptakan manusia dari tetesan air yang bercampur.” (QS Al-Insan : 2)

Ayat di atas menjelaskan bahwa nuthfah membentuk penggabungan dari sebuah percampuran sperma dan ovum (‘air yang bercampur’). Oleh karena percampuran sperma dengan ovum disebut zigot, maka tafsir yang tepat untuk kata nuthfah adalah zigot.

Terdapat ayat lain yang menggambarkan mengenai rahim, yaitu ayat 6 surat Az-Zumar.

 يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ خَلْقًا مِّنْۢ بَعْدِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمٰتٍ ثَلٰثٍۗ 

Artinya : ...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan..." (QS. Az-Zumar : 6).

Dalam tiga kegelapan dalam dunia ilmu pengetahuan merujuk kepada :

1)    Kegelapan dalam perut (Dinding anterior abdomen)

2)    Kegelapan dalam rahim (Dinding uterus)

3)    Kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim (Membran Amniochorionic)

Kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqoh. Kata ‘alaqoh dari sisi bahasa Arab bermakna 3, yaitu :

1)      Bermakna ‘lintah’ atau ‘penghisap darah’. Ini adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia sejak berusia 1-24 hari ketika menempel di endometrium pada uterus, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit. Sebagaimana pula ‘lintah’ memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia yang berumur 23-24 hari juga memperoleh darah dari endometrium deciduas saat hamil.

2)      Bermakna ’sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yg dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqoh. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah.

3)      Bermakna ’segumpal darah’. Embrio selama tahap ‘alaqoh mengalami peristiwa internal yang sudah dikenal, seperti pembentukan darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap ‘alaqoh, darah ditangkap di dalam pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti gumpalan darah.

Lalu segumpal darah itu kami jadikan mudghoh. Kata mudghah bisa bermakna “segumpal daging” dan bisa juga bermakna “sesuatu yangg dikunyah”. Akhir minggu ke-4, embrio manusia tampak seperti gumpalan daging atau sesuatu yang dikunyah. Penampakan seperti bekas kunyahan menunjukkan somit yang menyerupai tanda gigi. Somit merepresentasikan permulaan primordia dari vertebrae (bakal tulang belakang).

Dan mudghoh itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Ayat ini mengindikasikan bahwa setelah tahap mudhghoh, tulang belulang dan otot terbentuk. Hal ini sesuai dengan perkembangan embriologi. Pertama tulang terbentuk sebagai model kartilago (tulang rawan) dan otot (daging) berkembang menyelimutinya. Keduanya  (tulang dan daging) berkembang sampai akhir bulan ke-3.

 ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ 

 Artinya : Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna (Q.S. Al-Hajj : 5)

Penggalan surat ini tampaknya mengindikasikan bahwa embrio tersusun atas jaringan yang berdiferensiasi dan jaringan yang tak berdiferensiasi. Sebagai contoh, ketika tulang kartilago (rawan) berdiferensiasi, jaringan ikat embrio atau mesenkim yang menyelubunginya tak berdifirensiasi. Ia akan berdiferensiasi kemudian menjadi otot dan ligamen yang menempel di tulang.

Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Ayat ini mengimplikasikan bahwa tulang dan otot menghasilkan bentuk/formasi makhluk dengan bentuk yang lain. Hal ini bisa mengacu pada manusia yang masih berupa embrio yang terbentuk di akhir minggu ke delapan. Pada tahap ini, embrio memiliki karekteristik khusus dan memiliki primordia (bakal) seluruh organ dan bagian-bagiannya baik internal maupun eksternal. Setelah minggu ke delapan, embrio ini disebut fetus. Hal ini menjadikannya sebagai makhluk yang baru yang berbentuk lain.

Ayat Al-Qur'an yang menerangkan ketentuan akan lamanya kehamilan adalah terdapat pada ayat 5 surat Al-Hajj.

 لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى

 Artinya : Agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan (QS Al-Hajj : 5).

Penggalan ayat ini menyatakan bahwa Allah telah menetapkan dan menentukan embrio di dalam uterus sampai masa penuhnya (kehamilan 9 bulan).


PENUTUP 

Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan sudah jelas, sebagaimana  teruraikannya pada makalah salah satu sisi bidang ilmu pengetuhan, yaitu permasalahan embriologi manusia. Oleh karenanya dikotomi agama Islam dengan ilmu pengetahuan yang digencar-gencarkan oleh para orientalis seharusnya terhapuskan.

Embriologi manusia adalah salah satu dari kajian ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang embriologi manusia ini. Ayat-ayat tersebut banyak menjelaskan mengenai urutan-urutan fase dalam embriologi manusia dan kondisi-kondisi yang terjadi pada urutan-urutan fase tersebut.

Dengan  Al-Qur'an dirujuk sebagai sumber ilmu pengetahuan ini diharapkan kita semakin memandang segala hal (ilmu) berdasarkan Al-Qur'an, sehingga kita sebagai umat Islam yang sekarang terpuruk dapat bangkit, mengingat Allah SWT. sudah menjanjikan keselamatan bagi siapa saja yang berpegang terhadap Al-Qur'an .

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'anulkarim

Baiquni, Achmad. 1997. Al-Qur’an dan Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa

Bucaille, Maurice. 1999. Asal-Usul Menusia Menurut Bibel Al-Qur'an Sains. Bandung : Penerbit Mizan

Djaelani, A. Kadir. 2000. Konsepsi Pendidikan Agama Islam dalam Era Transformasi Global. Jakarta : Putra Harapan

http://abusalma.wordpress.com/2007/01/22/mukjizat-embriologi-di-dalam-al-qur %e2%80%99an/”>http://abusalma.wordpress.com/2007/01/22/mukjizat-embriologi-di-dalam-al-qur%e2%80%99an/

Kimball, John W. 1983. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Rahman, Afzalur. 1988. Al-Qur'an dan Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta : Lembaga Penelitian Sains-Sain Islam

Shihab, Quraish. 2004. Tafsir al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an. Jakarta : Lentera Hati

Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006. Dalil Anfus Al-Qur'an dan Embriologi (Ayat-Ayat tentang Penciptaan Manusia). Solo : Tiga Serangkai

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Penerbit Tarsito

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar