MIKROBIOLOGI UDARA
A.
Flora
Udara
1. Sumber
Flora mikroorganisme udara terdiri
dari organisme-organisme yang dapat mengapung sementara di udara atau terbawa
pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia seperti batuk dan bersin
menimbulkan aerosol biologi, yaitu kumpulan partikel di udara. Dalam aerosol
biologi tersebut terdapat partikel kecil yang dapat masuk ke dalam saluran
pernapasan manusia. Kemungkinan penyakit pernapasan disebabkan melalui udara
semaikn besar dengan bukti semakin tingginya penderita penyakit pernapasan pada
musin dingin. Hal ini disebabkan karena pada musim dingin kebanyakan orang akan
tinggal di rumah saja, yaitu di ruangan-ruang yang kurang ventilasi, sehingga
mudah sekali untuk terjangkit penyakit ini.
2. Ukuran
jumlah dan macam mikroorganisme dalam
suatu volume udara disesuaikan dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah
masarakat. Daerah yang berdebu hampir memiliki polulasi mikroorganisme atmosfer
yang tinggi. Jumlah tersebut akan menurun secara tajam di atas samudra, dan
jumlah ini juga akan berkurang pada ketinggian yang tinggi.
B.
Sumber
Kontaminasi Udara Mikroorganisme
Sumber kontaminasi udara
mikroorganisme, seperti infeksi pernapasan yang terjadi melalui kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi atau secara tidak langsung menghirup udara yang
terkontaminasi, proses yang terakhir ini disebut dengan infeksi tetesan.
Tetesan yang lebih berat cenderung mengendap, tetapi tetesan yang lebih kecil
karena kehhilangan cairan atau disebut juga dengan inti tetesan akan tetap
terapung di udara.
Sumber kontaminasi tidak hanya
berasal dari penderita penyakit pernapasan, tetapi juga dapat disebabkan oleh
spora-spora jamur patogen yang merupakan flora normal tanah pada daerah-daerah
tertentu, seperti jamur penyebab kokidioida mikosis dan histoplasmolisis.
C.
Macam-Macam
Mikororganisme yang Terbawa Udara
1.
Bakteri
a.
Streptokokus
pyogenes
1)
Ciri-ciri : Bakteri kokus gram positif yang tersusun dalam bentuk rantai
tidak bergerak, tidak berspora dan umumnya bersimpai. Bakteri ini bersifat
aerob dan anaerob fakultatif dengan suhu optimumnya adalah 37oC.
Medium biakan bakteri ini adalah pembenihan cair kaldu serum atau glukosa, dan
agar darah.
2)
Patogenesis : Infeksi akibat invasi bakteri ini adalah sakit tenggorokan akut,
demam skarlet, demam reumatik dan glomerulonefritis.
3)
Diagnosis
laboratoris : Yaitu dengan cara mengisolasi bakteri
ini pada medium agar darah dan menginkubasinya selama 24 jam, sehingga terlihat
streptokokus hemolisis b yang merupakan sekret bakteri yaitu ditandai dengan
koloni suram dan dikelilingi oleh hemolisis cerah, kemudian dilakukan pewarnaan
gram. Dan bisa juga dengan cara memberikannya antibiotik berlabel fluoresen
yang peka basitrasin, mengingat antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri ini.
4)
Penanganan : Penanganan pertumbuhan bakteri ini adalah dengan pengobatan
infeksi, yaitu dengan memberikan penisilin.
b.
Pneumonia
pneumokokus
1)
Ciri-ciri : Bakteri kokus gram positif yang tersusun berpasangan, tetapi ada
ang membentuk rantai-rantai yang pendek, tidak bergerak, tidak berspora, tetapi
diselubungi simpai. Bakteri ini bersifat aerob dan anaerob fakultatif dan
tumbuh baik pada suhu 37oC dengan pH 7,6. Medium biakan bakteri ini
adalah kaldu serum dan glukosa, dan agar darah.
2)
Patogenesis : Bakteri ini tidak membuat toksik yang berarti tetapi karena
virulensi organisme ini, yaitu di mana memiliki simpai yang melindunginyya dari
fagositosis. Infeksi yang disebabkan bakteri ini adalah infeksi saluran atas
(pneumonia lobar).
3)
Diagnosis
laboratoris : Yaitu dengan mengisolasi bakteri ini
pada cawan agar yang telah diletakkan pada permukaannya cakram optosin. Bakteri
pneumokokus peka terhadap optosin yang dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan.
Kepekaan bakteri ini terhadap optosin merupakan pembeda dari bakteri
streptokokus lainnya yang justru akan tumbuh dekan optosin yang diletakkan di
permukaan cawan agar.
4)
Penanganan : Dengan mengetahui jumlah tipe bakteri ini, maka diketahui pula
vaksin polisakaridanya, yaitu ada 14 vaksin. Vaksin meningkatkan antibodi
terhadap kapsul polisakarida dan menurunkan pertumbuhan bakteri ini.
c.
Neisseria
meningitis
1)
Ciri-ciri : Bakteri kokus gram negatif yang berpasangan, tak berspora, tak
bergerak, tetapi bersimpai. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu pertumbuhan
optimum 37oC dan pH 7,4. medium biakan bakteri ini adalah kaldu
serum dan agar darah.
2)
Patogenesis : Bakteri ini merupakan parasit manusia sejati yaitu menyebabkan
meningitis epidemi, yaitu peradangan meninges atau membran yang membungkus otak
dan saraf tulang belakang yang menjangkit banyak orang dalam waktu singkat.
3)
Diagnosis
laboratoris : Prosedur diagnosis bakteri ini adalah
dengan mengisolasi bakteri ini dari nasofaring, darah, atau cairan tulang
belakang pada agar darah coklat karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri
atau dengan uji quellung untuk kelompok A dan C.
4)
Penanganan : Terdapat 3 kelompok, A,B dan C, bakteri ini yang menyebabkan
penyakit meningitis ini. Penanganan pertumbuhan bakteri ini adalah dengan
memberikannya vaksin kelompok A dan C. adapaun untuk kelompok B belum ada
vaksin komersialnya, tetapi dengan melihat macam-macam seriotipe dari kelompok
B ini kita dapat menggunakan vaksin seriotipe tersebut untuk menekan infeksi
kelompok B.
d.
Bordatella
pertussis
1)
Ciri-ciri : Bakteri kokobasil gram negatif kecil yang tidak bergerak, tidak
berspora dan tidak bersimpai. Bakteri ini merupakan bakteri aerob dan anaerob
fakultatif yang tumbuh terbaik pada suhu 35o-36oC. Media
biakan bakteri ini adalah agar darah gliserin Bordet-Gengou, darah yang
digunakan adalah sebagai penetral zat penghambat.
2)
Patogenesis : Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit batuk rejan yang
menginfeksi saluran pernapasan yang melibatkan trakea dan bronkus.
3)
Diagnosis
laboratoris : Diagnosis laboratoris bakteri ini
dengan mengisolasi bakteri ini pada medium Bordet-Gengou.
4)
Penanganan : Pertumbuhan bakteri ini dapat dihentikan dengan memberikannya
vaksin organisme fase I yang dimatikan oleh panas.
e.
Hemophilus
influenzae
1)
Ciri-ciri : Bakteri kokobasil gram negatif, tak bergerak, tak berspora dan
bersimpai, serta pleomorfik. Dan bersifat aerob dan tumbuh terbaik pada suhu 37oc
dan pH 7,8. Medium biakannya adalah agar darah berhematin porifin besi yang
tahan panas (faktor X) untuk katalisa pada pernapasan aerob, dan ahar darah
bermikroba lain yang tidak tahan panas (faktor V) agar dapat tumbuh subur.
2)
Patogenesis : Penyakit yang disebabkan bakteri ini adalah meningitis dan
epiglotitis.
3)
Diagnosis
laboratoris : Untuk mengetahui bakteri ini adalah
dengan mengisolasi bakteri ini pada medium berfaktor X dan V. dan dengan uji
quallung tipe b.
4)
Penanganan : Belum ada vaksin atau antibiotik yang tepat, tetapi untuk
anak–anak di atas 2 tahun dapat diberikan vaksin tipe b yang dapat merangsang
pembentukan antibodi.
f.
Corynobacterium
diptheriae
1)
Ciri-ciri : Bakteri basil gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, tidak
bersimpai, pleomorfisme dan tidak tahan asam. Suhu optimum bakteri ini adalah
37oC dengan pH 7,2. medium biakannya adalah kaldu serum, pembenihan
loeffler dan agar darah telurit.
2)
Patogenesis : Bakteri ini merupakan bakteri penyebab difteria, yaitu peradangan
tenggorokan dan jika meluas ke dalam trakea dapat menyumbat saluran udara.
3)
Diagnosis
laboratoris : Bakteri ini dapat diketahui dengan
cara mengisolasinya dari tenggorokan pada medium Loeffler agar bakteri tumbuh
pesat atau agar dara telurit yang dapat menyebabkan koloni berwarna kelabu
sampai hitam, yaitu akibat dari difusi ion telurium menjadi logam telurium yang
diendapkan di dalam sel.
4)
Penanganan : Antibiotika tidak dapat menetralkan toksin yang beredar, sehingga
harus digunakan dengan antitoksin. Tetapi pengendalian sepenuhnya didasarkan
pada imunisasi dengan vaksin toksoid, yaitu toksin yang telah dimurnikan dengan
formalin, kepada penderita.
g.
Mycibacterium
tuberculosis
1)
Ciri-ciri : Basil langsing, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai
dan tahan asam. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu optimum 37oC
dan pH 6,4-7. medium biakannnya diperkaya dengan albumin telur (pembenihan
lowenstein jensen).
2)
Patogenesis : Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini adalah penyakit
tuberkulosis, yaitu infeksi primer dengan memulai luka-luka kecil pada saluran
pernapasan, biasanya sering sembuh tetapi ada yang dapat menyebar ke
organ-organ lain, dan infeksi reaktivasi, yaitu kambuh kembalinya infeksi
primer yang telah sembuh yang merupakan akibat dari tidak semua bakteri ini
mati ketika infeksi primer sembuh.
3)
Diagnosis
laboratoris : Untuk dapat mengetahui bakteri ini
dilakukan isolasi dan reaksi tuberkulin positif.
4)
Penanganan : Penyebaran bakteri ini dapat ditangani dengan memberikan vaksin
dengan mengikuti reaksi tuberkulin.
h.
Mycobacterium
leprae
1)
Ciri-ciri : Basil langsing, tidak bergerak, tidak berspora, tidak bersimpai
dan tahan asam lemah.
2)
Patogenesis : Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit lepra.
3)
Diagnosis
laboratoris : Diagnosis leboratoris bakteri ini
adalah dengan klinis yang ditambah pengamatan batang-batang tahan asam pada
luka-luka.
4)
Penanganan : Dalam menangani bakteri ini dapat dilakukan dengan mengobati kasus-kasus
aktif.
i.
Mycoplasma
pneumoniae
1)
Patogenesis : Pneumonia tak khas primer merupakan penyakit yang ditimbulkan
bakteri ini.
2)
Diagnosis
laboratoris : Pengisolasian bakteri ini yang
ditambah pemerikasaan roentgenografi merupakan cara untuk mengetahui bakteri
ini.
3)
Penanganan : Untuk menangani bakteri ini dilakukan pemberian vaksin efektif
tetapi tidak digunakan meluas.
j.
Legionella
pneumophila
1)
Patogenesis : Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini adalah penyakit legioner.
2)
Diagnosis
laboratoris : Untuk mengetahui bakteri ini
dilakukan isolasi pada medium Mueller-Hinton atau injeksi ke dalam kelinci
percobaan.
3)
Penanganan : Sampai saat ini belum tersedia vaksin yang khas untuk penakit
ini, tetapi dengan memberikan asai imunofluoresen walaupun tidak langsung
menentukan terjadinya anti bodi.
2.
Virus
a.
Penyakit
Selesma
1)
Patogenesis : Penyakit ini disebabkan oleh banyak virus, yaitu :
-
Rhinovirus
, virus ini menginvasi organ yang bermukosa, seperti hidung dan ginjal janin.
-
Virus
parainfluenza, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas pada orang dewasa
dan menginvasi sampai saluran bawah pada bayi dan anak-anak.
-
Virus
sinsitium pernapasan, virus ini menginvasi saluran pernapasan atas pada orand
dewaa dan saluran bawah pada bayi.
-
Koronavirus,
virus ini menyebabkan sakit tengorokan
dan akibat-akibat lain yang berkaitan dengan infeksi pernapasan atas yang akut.
-
Reovirus,
virus ini menginvasi saluran pernapasan atas.
2)
Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan isolasi virus dan uji serologi
untuk kenaikan anti bodi.
3)
Penanganan : Tidak ada penanganan yang memuaskan, tetapi kini sedang dikembangkan vaksin yang dapat
merangsang anti bodi.
b.
Adenovirus
1)
Patogenesis : Virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan akut, pneumonia
faringitis dan varing konjungtivitis.
2)
Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus dan uji
serologi untuk kenaikan titer anti bodi.
3)
Penanganan : Dengan memberikan vaksin adenovirus seriotipe.
c.
Influenza
1)
Patogenesis : Virus ini menginfeksi saluran pernapasan atas.
2)
Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus ini dan
dilakukannya uji serologi untuk kenaikan anti bodi.
3)
Penanganan : Dengan memberikan vaksin
virus ini.
d.
Virus
gondong, suatu paramyxovirus
1)
Patogenesis : Virus ini mengakibatkan infeksi kelenjar parotis dan peradangan
dan pembengkakan bagian belakang telinga
serta susah menelan, dan diikuti dengan viremia, infeksi ini dapat berkembang
ke otak, pankreas, meninges, ovarium, testis dan jantung (penyakit gondong).
2)
Diagnosis : Diagnosisnya dapat dilihat dari gejala klinisnya dan dengan
mengisolasi virus untuk uji kenaikan anti bodi dengan serologi.
3)
Penanganan : dengan cara imunisasi vaksin virus gondong hidup yang sudah
lemahkan, memberikan kekebalan seumur hidup.
e.
Virus
rubeola, suatu paramyxovirus
1)
Patogenesis : Virus ini merupakan penyebab penyakit campak dengan menginfeksi
saluran pernapasan atas dan konjungtiva, lalu didikuti dengan viremia (penyakit
campak / rubeola).
2)
Diagnosis : Diagnosisnya dapat dilihat dari gejala klinisnya dan dengan
mengisolasi virus ini dan uji serologi untuk kenaikan titer anti bodi.
3)
Penanganan : Dengan cara imunisai vaksin campak.
f.
Virus
rubela, suatu togavirus
1)
Patogenesis : Virus rubela menginfeksi mukosa saluran pernapasan atas kelenjar
getah bening servikal, dan dapat menyebabkan cacat bahkan kematian pada janin
(penyakit campak jerman / rubela).
2)
Diagnosis : Dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasi virus untuk uji
serologi.
3)
Penanganan : Dengan vaksin virus rubela yang dilemahkan.
g.
H.
varicellae /virus varisela zoster, suatu herpervirus
1)
Patogenesis : Virus ini manginvasi
saluran pernapasan dan kelenjar getah bening regional, dan dapat disebarkan ke
seluruh tubuh melalui udara (penyakit cacar air / varisela).
2)
Diagnosis: dengan melihat gejala klinis.
3)
Penanganan : tidak terdapat vaksin virus ini, hanya dengan pencegahhan
penyebaran melalui penggunaan salep lokal, dan pada pengguna obat
immunosupresif dapat ditambahkan dengan globulin imun zoster untuk mencegah
atau memodifikasi penyakit ini.
h.
Virus
variola
1)
Patogenesis : Virus ini menginvasi saluran pernapasan atas, kelenjar getah
bening dan terjadi viremia (penyakit cacar / variola).
2)
Diagnosis : dengan melihat gejala klinis, dan mengisolasinya untuk uji
fiksasi komplemen.
3)
Penanganan : dengan vaksin virus vaksinia yang memberikan kekebalan jangka
panjang.
i.
Virus
polio, suatu picornavirus
1)
Patogenesis
: Virus ini menginvasi selaput otak maupun saraf
pergerakan di sumsum tulang belakang dan otak ang mengakibatkan kelumpuhan
(penakit polio)
2)
Diagnosis : dengan mengisaloasi virus ini dan memberikannya antibodi.
3)
Penanganan : dengan memberikan vaksin virus polio yang dimatikan dengan
formalin.
3.
Cendawan
a.
Filobasidiella
(Crtococcus) neofarmanas
1)
Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, tidak berspora, tidak berhifa,
berkembang biak dengan penguncupan. Tumbuh pada media biakan biasa.
2)
Patogenisis : Cendawan ini menginvasi paru-paru dan meyebar ke organ apa saja
melelui darah (penyakit kriptokokosis).
b.
Candida
albikians
1)
Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, berklamidospora, berdidnding tebal
dan berbentuk bulat. Tumbuh pada media biakan biasa.
2)
Patogenisis : Cendawan ini menginvasi paru-paru, dan jaringan tubuh mana
saja. (penyakit moniliasis).
c.
Blastomyces
dermatitidis
1)
Ciri-ciri : Sel bundar dengan kuncup tunggal, berklamodospora. Tumbuh pada
media agar darah infusi eperti M.Tuberculosis dengan suhu 37oC
2)
Patogenisis : Cendawan ini menginveksi bagian paru-paru, selaput dada dan
menyebar bagian tubuh mana saja (penakit blastomikosis Amerika Utara).
d.
Paracocidiedes
(Blastomces) brasilliensis
1)
Ciri-ciri : Cendawan ini seperti khamir, menghasilkan banyak kuncup. Tumbuh
pada medium darah atau daging dengan suhu 37oC.
2)
Patogenisis : Cendawan ini menginvasi mulut, saluran gastroin testin dan
kelenjar getah bening leher (penyakit blastomikosis Amerika selatan).
e.
Histoplasma
capsulatum
1)
Ciri-ciri : Selnya kecil, lonjong, berhifa, berkuncup dan berklamidospora.
Tumbuh pada medium agar darah seperti S.aureus dan pada suhu kamar agar
glukosa sabouroaud.
2)
Patogenisis : Cendawan ini menginfeksi
daerah setempat dan dapat menebar pada sistem retikuloendotelial (penyakit
histoplasmosis).
f.
Coccidioides
immitis
1)
Ciri-ciri : Selnya berbentuk bola, berdinding tebal, bersporulasi,
berendospora dan berklamidospora. Tumbuh pada biakan agar glukosa sabouraud
sebagai koloni kapang.
2)
Patogenisis : Cendawan ini merupakan
penyebab penyakit koksidioid omikosis/ demam lembah/ demam san joaquin/ rematik
gurun pasir.
g.
Sporothrix
schenckii
1)
Ciri-ciri : Selnya berbentuk bola, berhifa septat bercabang. Tumbuh pada
media agar glukosa sabouraud pada suhu kamar.
2)
Patogenisis : Cendawan ini menginvasi kelenjar getih bening, paru-paru jarang
terlibat, dengan gejala awal terdapat bintil-bintil pada kulit (penyakit
sporotrikosis).
D.
Pengendalian
Penyakit yang Terbawa Udara
Ada dua cara untuk mengendalikan penyakit
yang nterbawa oleh udara, yaitu dengan cara imunisasi dan dengan cara
pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan penyaringan,
sterilisasi atau pengenceran.
1.
Imunisasi
Imunisasi massal dapat mrngursngi
berbagai penyakit yang terbawa oleh udara, seperti batuk rejan, difteria, polio
dan gabag serta infeksi-infeksi lain. Kekebalan kelompok dapat didefenisikan
secara matematike sebagai suatu keadaan orang yang terinfeksinya menginfeksi
kurang dari satu orang lain.
2.
Tekhnik
Disinfaksi Udara
Tekhnik pengendalian juga dapat
dilakukan dengan cara pengadaan atmosfer yang aman. Salah satu tekhnik
pengendalian ini adalah dengan pengenceran, yaitu dengan mengganti udara di
dalam ruangan dengan di luar ruangan secara terus menerus. Dari segi praktisnya
kita harus memutar ulang udara di dalam ruangan dan berusaha untuk membuang
atau membinasakan mikroba pada inti tetesan.
Cara lain pengendalian penyakit yang
terbawa udara adalah dengan penyaringan udara yang diputar ulang, dengan menggunakan penyaring udara standar
tidak hanya mikroba yang tersaring tetapi juga akan membuang 30 partikel kecil
yang seharusnya kita hirup. Oleh karena itu, digunakanlah penyaring yang sangat
halus sehingga hana mikroba sajalah yang tersaring. Hal ini dapat dilakukan dengan
sistem venttilasi kompleks yang di tambah dengan energi yang besar dan cara
kedua adalah dengan sinar ultraviolet agar dapat membunuh organisme patogen.
Langkah-Langkah Khusus
Ada
langkah-langkah khusus yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit yang
terbawa udara, yaitu :
1.
Mengatur
jarak tempat tidur di ruang perawatan terbuka untuk menghindari kontak dekat
dengan pasien.
2.
Memakai
penutup hidung sebagai pencegahan terhirupnya patogen selama kontak dengan
sumber infeksi. Penutup hidung hendaknya di ganti sebelum lembab.
3.
Menutup
mulut dan hidung sewaktu bersin.
4.
Melakukan
penyaringan udara.
5.
Pengendalian
debu
6.
Menggunakan
lampu ultraviolet pada kamar pasien. Lampu ultraviolet dalam kamar pasien harus
cukup tinggi untuk menghindari kerusakan mata.
7.
Pembuangan
barang-barang terkontaminasi dan kotoran tubuh yang memungkinkan sebagai sumber
kontaminasi udara.
KESIMPULAN
Flora mikroorganisme udara terdiri dari
organisme-organisme yang dapat mengapung sementara di udara atau terbawa pada
partikel debu. Pada umumnya flora ini merupakan patogen bagi manusia. Flora ini
disebarkan melalui kontak langsung dengan penderita atau menghirup udara yang
terkontaminasi flora ini dan ada juga yang melalui udara yang terkontaminasi
spora jamur patogen yang merupakan bagian flora normal tanah.
Bakteri, virus
dan cendawan merupakan mikroorganisme yang dapat disebarkan melalui udara,
sehingga jika kita hirup dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan dan
ada pula yang dapat menyebar ke organ-organ lain melalui darah dan getah
bening.
Pengendalian penyakit yang terbawa oleh udara dapat
dilakukan dengan cara imunisai dan disinfeksi udara.
DAFTAR PUSTAKA
Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar.
Jakarta : Binapura Aksara
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar
Mikrobiologi 1. Jakarta : UI-Press
Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi
Dasar jilid 1. Jakarta : Erlangga
Volk dan Wheelar. 1989. Mikrobiologi
Dasar jilid 2. Jakarta : Erlangga